Oleh: Nando Ferdiansyah*)

Sekitaran 1 tahun kurang lebih dimasa pandemi, aktivitas secara daring selalu jadi bahan keluhan setiap kalangan, bagi para pelajar dan mahasiswa belajar secara daring. Tentu menjadi suatu hal yang perlu diperhatikan, menatap layar zoom diiringi oleh tugas yang lumayan tidak terkontrol membuat kalangan pelajar dan mahasiswa menjadi sangat jenuh, sehingga sangat dibutuhkan suatu hal yang dapat menyegarkan dan memanjakan diri, dengan rekreasi misalnya.

Tidak usah diragukan lagi, mengenai tempat rekreasi Sumatera Barat (Sumbar) penuh dengan berbagai tempat objek wisata yang melimpah, wisata alam dan buatan selalu jadi bahan perbincangan bahkan para pelancong pun sering membicarakannya. Apalagi diselingi oleh biaya masuk yang cukup terjangkau menjadi suatu hal yang wajib dikunjungi pastinya, begitu banyak tempat yang wajib dikunjungi untuk melepas Jenuh salah satu tempat yang sering jadi incaran rekreasi yaitu Bukit, karena ketinggian dan kesejukannya selalu jadi pilihan.

Di Sumbar tepatnya di daerah Lawang terdapat suatu tempat objek bukit wisata alam yang dinamakan Puncak Lawang dan selalu jadi pilihan ketika hendak melepas penat. Pada 25 Januari 2021 lalu, saya dan teman-teman berkesempatan untuk mengunjungi Puncak Lawang. Kami memulai perjalanan dari daerah Batu Taba, dengan jarak tempuh kurang lebih 17 km.

Perjalanan dimulai pada pagi hari spukul 09.00 WIB, di perjalanan kita disuguhkan dengan berbagai objek dan pemandangan yang memanjakan mata, seperti pohon rimbun, kelapa, tebu dan tumbuhan lainnya  diiringi dengan perumahan, jalan menuju bukit dan aktivitas warga seperti sedang bertani, berkebun dan banyak lagi dan menjadikan perjalanan menjadi menyenangkan dan suatu hal yang menjadi jadi daya tarik sendiri ketika dalam perjalanan.

Akses menuju puncak Lawang ada 2 jalur, pertama dengan melewati lapangan sepak bola dekat kantor wali nagari daerah Matua, dan jalan kelok 44 menuju Danau Maninjau akan tetapi jalan ini cukup terbilang sangat jauh jika ditempuh dari lokasi awal kami (Batu Taba).

Semakin ke lama perjalanan dan semakin tinggi dataran perjalanan kami disambut dengan dinginnya embun pagi. Setelah beberapa ratus meter dapat dilihat dari kejauhan sebuah nama tempat diatas sebuah bukit tertampang ditepian jalan yaitu Puncak Lawang. Akhirnya saya dan teman sampai juga pada salah satu objek wisata alam yang satu ini, jika cuaca cerah dari Puncak Lawang dapat dilihat keindahan Danau Maninjau. Jika sedang berawan, maka tumpukan awan bak tumpukan kapas juga tak kalah mena rik untuk dirasakan keindahannya.

Tarif masuk Puncak Lawang pada hari Kerja Rp. 15.000 dan Rp. 25.000 pada hari akhir pekan. Untuk lokasi wisata alam, Puncak Lawang tergolong lokasi wisata yang lengkap mulai dari arena bermain hingga tempat bersantai. Setelah sedikit menapaki jalan menuju atas puncak Lawang, kami disuguhkan dengan pohon Pinus yang menjulang tinggi menjadi daya tarik dan menjadikan udara semakin segar. Hal yang sangat dinantikan di Puncak Lawang adalah saat dipertemukan wahana hiburan berupa Flying Fox. Pemandangan danau Maninjau dikelilingi pohon Pinus sambil duduk dan tiduran sungguh terasa sangat sempurna ditambah udara yang sejuk dan segar terasa sungguh terbalas bayaran yang cukup mahal untuk memasuki puncak Lawang ini.

Puas berjalan di tengah lebatnya pohon pinus, kami memutuskan berhenti di salah satu kedai dan memesan makanan dan minuman segar. Kami duduk di salah satu meja yang beratapkan pohon pinus terasa sangat menyejukkan tentunya.

Salah satu pengunjung Puncak Lawang, Habib mengatakan jika objek wisata ini memiliki pemandangan yang bagus dan sangat menyegarkan mata. “Sesekali menghibur diri dengan objek wisata alam sungguh tidak mengecewakan, udara segar pohon Pinus berkualitas menjadikan puncak Lawang tempat rekomendasi untuk menyejukkan diri dan pikiran,” kata Habib.

Ketika hari sudah mulai senja, namun matahari belum sepenuhnya tenggelam. Kami memutuskan untuk kembali pulang mengingat jarak yang cukup jauh dari rumah. Meskipun tidak sempat menikmati sunset di atas Puncak Lawang,  Puncak Lawang tetap berhasil memberikan menghilangkan penat dan stress selama kuliah. Akhirnya, setelah mengambil beberapa foto dengan latar belakang danau Maninjau dan hutan pinus kami pun beranjak pulang. tak lupa juga membeli makanan kuliner khas seperti kacang goreng, tapai, dan roti khas Lawang yang sangat enak dan memanjakan lidah tentunya untuk dibawa pulang sebagai buah tangan.

*) Penulis merupakan Mahasiswa Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi 2018 Universitas Andalas

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here