(Ilustrator/Muhammad Farhan Rabbani)

Oleh: Muhammad Farhan Rabbani*

Permasalahan air bersih di Indonesia menjadi gunjang-gunjing yang mengganggu kenyamanan penduduk. Pengelolaan air bersih yang masih kurang dan juga sumber pasokan air penduduk yang tidak teratur dengan baik menyebabkan turunnya permukaan tanah karena air tanah yang semakin menipis dalam menopang bangunan. Pemerintah juga kurang handal dalam mengatur pasokan dan ketersediaan sumber air yang tepat untuk kebutuhan air penduduk. Pengaturan pasokan air adalah hal yang sangat penting dalam pencegahan eksploitasi air tanah agar tidak terjadi kelangkaan air untuk kebutuhan kehidupan masyarakat.
Salah satu hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi krisis air bersih di Indonesia adalah dengan teknik pengolahan air. Penyulingan air kotor menjadi air bersih dilakukan untuk mengurangi krisis air bersih di Indonesia.
Teknik koagulasi
Teknik pengolahan air yang diterapkan dengan bantun koagulan kimia, teknik filtrasi yaitu teknik pengolahan air yang diterapkan dengan bantuan media filter seperti pasir, senyawa kimia atau mineral, membrane, biofilter, atau teknik filtrasi lainnya, teknik redoks yaitu teknik pengolahan air yang diterapkan dengan bantuan inhibitor, bioremoval dan bioremidiasi merupakan teknik pengolahan air dengan menggunakan biomaterial, dan terakhir reverse asmosis yaitu teknik pengolahan air yang mrupakan kebalikan dari proses osmosis alami.
Terdapat 5 komponen pengolahan air yang telah digunakan oleh perusahaan air minum. Komponen yang pertama yaitu komponen pengolahan pendahuluan yang berfungsi menurunkan kandungan pasir dan lumpur yang ikut terbawa sebelum masuk ke pengolahan berikutnya dengan cara pengendapan secara gravitasi tanpa pembubuan bahan kimia. Kompenen pandahuluan ini disebut dengan prasedimentasi. Komponen yang kedua yaitu bangunan pengaduk cepat. Kompenen yang kedua ini berfungsi untuk tempat pencampuran antara koagulan dengan air yang diolah pada proses pembubuhan bahan kimia (koagulan). Sistem pengaduk cepat dirancang dengan menggunakan energi hidrolis dengan memanfaatkan terjunan yang akan dibentuk pada bak pengaduk cepat. Jenis koagulan yang digunakan pada umumnya adalah alum. Kompenen selanjutnya yang ketiga yaitu bangunan pengaduk lambat. Bangunan pengaduk lambat berfungsi untuk pembentukan flok. Pembentukan flok merupakan pembentukan partikel padat yang lebih besar supaya dapat diendapkan dari hasil reaksi partikel kecil (koloid) dengan bahan koagulan yang telah dibubuhkan.
Kompenen yang ke empat yaitu sedimentasi. Bangunan sedimentasi berfungsi untuk mengendapkan partikel flokulan yang terbentuk padaproses flokulasi. Pengendapan disini dengan gaya berat partikel flokulan itu sendiri (gravitasi). Komponen pengolahan air yang terakhir yaitu filter. Bangunan filter berfungsi untuk menyaring partikel flokulen yang tidak terendapkan pada proses sedimentasi. Bangunan filter terbagi lagi menjadi tiga bagian, yaitu media saringan, sistem underdrain. Media saringan berfungsi sebagai penyaring yang terdiri dari media filtrasi dan media penyangga. Media penyangga yang umumnya dipakai adalah kerikil, untuk penyaring air sederhana untuk sistem air bersih pedesaan bisa digunakan ijuk. Sedangkan media filtrasi bisa menggunakan single-media berupa pasir silika, atau dual-media yaitu pasir dan karbon aktif (umumnya digunakan antrasit). Untuk penyaring air sederhana untuk sistem air bersih pedesaan karbon aktif bisa menggunakan arang tempurung kelapa. Kemudian, pada sistem underdrain selain dilengkapi media saringan, sistem outlet dilengkapi dengan sistem underdrain. Sistem ini berbentuk teepee. Jumlah lubang dan diameter orifice dihitung berdasarkan kriteria desain yang telah ditentukan. Pada pencucian media pencucian filter dilakukan untuk menghilangkan bahan tersuspensi yang terdapat pada permukaan filter bahkan di sela-sela media filter selama berlangsungnya proses filtrasi.

*Penulis merupakan mahasiswa Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Andalas

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here