Aktivitas para siswa SDN 57 Air Dingin yang sedang gotong royong membersihkan sekolah pada Sabtu (27/1/2024)

Menjelang terik matahari muncul, kami memulai perjalanan menuju Sekolah Dasar Negeri (SDN) 57 Air Dingin yang berada di Jalan Ai Dingin, Balai Gadang, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang atau berdekatan dengan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Air Dingin. Perjalanan yang ditempuh kurang lebih 30 menit dari Universitas Andalas (UNAND) dipenuhi dengan banyaknya debu dan hawa yang panas. Terlebih ketika hampir sampai menuju lokasi di kawasan Jalan Sampah, TPA Air Dingin, kami menjumpai kotoran sapi yang menempel dijalan, rumah warga yang dipenuhi tumpukan sampah dan truk sampah yang melaju cepat seperti mengejar setoran supir angkot.

Sesampainya di lokasi, kami disambut oleh siswa dan guru yang sedang melaksanakan gotong royong membersihkan sekolah. Keceriaan dan suasana yang hangat juga tergambar dari sapaan adik-adik dan guru yang menyapa kedatangan kami. Lokasi sekolah yang terletak di kawasan bukit membuat suasana di sini jauh lebih sejuk dibandingkan di kota, namun sangat disayangkan, lokasi sekolah yang berdekatan dengan TPA membuat hawa di sekitar tidak sehat untuk hidung, akibat aroma tumpukan sampah yang sudah menggunung..

Saat ini, SDN 57 Air Dingin memiliki siswa sebanyak 67 orang yang berasal dari sekitaran lokasi TPA dan tenaga pendidik sebanyak 12 orang, yang terdiri dari delapan orang guru, satu orang pustakwaan, satu orang operator sekolah, satu orang penjaga sekolah dan kepala sekolah. Proses belajar mengajar (PBM) antara siswa dan guru sejauh ini berjalan baik walaupun terkadang siswa dan guru kerap mencium bau sampah jika kondisi sedang hujan. Selain itu, akibat berdekatan dengan TPA, sampah yang basah akibat hujan kerap kali membuat lalat datang ke kawasan sekolah yang menganggu aktivitas belajar mengajar di sekolah tersebut. Hal ini diungkapkan langsung oleh Kepala Sekolah SDN 57 Air Dingin, Agusyadi saat diwawancara oleh Genta Andalas pada Sabtu (27/1/2024)

“Saat ini ada 67 siswa dan 12 tenaga pengajar, selama PMB alhamdulilah tidak ada kendala, tapi jika hujan biasanya ada banyak lalat dan bau sampah TPA Air Dingin yang tercium hingga ke sekolah,” ujarnya.

Seiring dengan kondisi tersebut, Agusyadi menambahkan bahwa belum ada solusi yang tepat untuk mengatasi lalat dan bau sampah tersebut. Namun, biasanya para siswa dan guru hanya bisa pasrah hingga bau sampah dan lalat hilang dengan sendirinya. Tidak hanya permasalahan akibat berdekatan dengan TPA Air Dingin, pihak sekolah juga menyampaikan bahwa kondisi lapangan sekolah yang belum menggunakan paving block membuat lapangan becek sehingga mengakibatkan aktivitas pagi, seperti upacara, senam, dan kultum di lapangan terganggu. Di samping itu, kawasan sekolah juga beberapa kali ada hewan ternak warga sekitar seperti sapi, kambing bahkan hewan liar dari perbukitan yang masuk ke dalam kawasan sekolah akibat tidak adanya pagar sekolah.

Di luar permasalahan lingkungan, salah seorang tenaga pengajar di SDN 57 Air Dingin, Mira Eliza menjelaskan bahwa sarana dan prasarana sekolah sudah memadai untuk aktivitas belajar mengajar, ditambah motivasi belajar siswa yang tinggi membuat aktivitas belajar siswa berjalan dengan baik. Akan tetapi ternyata di sekolah ini tidak semua siswa beruntung dapat belajar dengan fokus, beberapa siswa justru aktivitas belajarnya mesti terbatas, akibat turut bekerja mencari uang dengan mengumpulkan sampah dan barang bekas untuk membantu orang tuanya.

“Untuk lingkungan cukup kondusif, namun beberapa siswa memiliki kondisi ekonomi keluarga yang tidak mampu sehingga sebagian mereka terbatas aktivitas belajarnya karena turut membantu orang tuanya bekerja,”ujar Mira.

Di tengah kondisi yang dihadapi SDN 57 Air Dingin, Agusyadi menyebutkan bahwa kunjungan dari Dinas Pendidikan maupun pemerintah kota cukup jarang ke sekolah tersebut. “Saat kunjungan, Dinas Pendidikan biasanya hanya untuk melakukan monitoring aset, seperti bangunan sekolah. Terlepas dari hal itu, para siswa terlihat senang mengikuti aktivitas belajar. Hal itu terlihat, ketika mereka saling membantu membersihkan sekolah saat kegiatan gotong royong,” sebut Agusyadi

Dalam mengatasi permasalahan dan meningkatkan kenyamanan aktivitas belajar mengajar di sekolah, pihak sekolah dan siswa berharap adanya bantuan, seperti pagar sekolah untuk kenyamanan dan keamanan PBM, lemari untuk tenaga pendidik dan paving block untuk mengatasi lapangan becek yang kerap kali menggangu aktivitas para siswa di lapangan. Salah seorang siswa, Habibi Paresta juga mengharapkan jika ada bantuan alat tulis, buku, tas dan sepatu.

“Perlunya alat tulis, seperti pena, pensil, buku, tas, sepatu,” ungkap Habibi.

Reporter: Vannisa Fitri dan Zulkifli Ramadhani 

Editor : Tiara Juwita

 

 

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here