(Poster film Buya Hamka/ Falcon Pictures)

Oleh: Haura Hamidah*

Jika hidup hanya sebatas hidup, babi di hutan juga hidup. Jika kerja hanya sebatas kerja, kera juga kerja.

Kutipan di atas merupakan penggalan dialog yang cukup berkesan bagi para penonton film Buya Hamka. Film yang disutradarai oleh Fajar Bustomi ini mengangkat kisah dari tokoh pemikir asal Minangkabau yang sekaligus menyandang gelar pahlawan nasional Indonesia, yakni Abdul Malik Karim Amrullah, atau yang lebih dikenal dengan sapaan Buya Hamka. Selain sebagai pahlawan nasional, Hamka juga merupakan sosok ulama, sastrawan, budayawan, jurnalis, dan penulis. Berbagai kisah Hamka dengan sifatnya yang kritis dan aktif di masyarakat inilah, yang dituangkan ke dalam sebuah film yang bergenre Biografi.

Pada pembuka film ini, kita disuguhkan dengan adegan dimana sosok Hamka yang telah renta tengah tertidur dalam rumah tahanan di Sukabumi, kemudian sang istri dan anak tercintanya datang berkunjung membawa gulai kakap kesukaannya, adegan ini mampu membawa suasana haru yang seketika mengingatkan kita dengan sejarah bahwa pemerintah yang berkuasa di Indonesia pada masanya sempat menahan sosok ulama besar dengan berbagai karya hebatnya.

Pada salah satu adegan film ini juga menyajikan bagaimana di tengah keterbatasan pola pemikiran masyarakat yang masih sempit, Buya Hamka menghadapi tantangan ketika Belanda datang dan menyita karya kepenulisannya saat ia bekerja di majalah keagamaan Pedoman Masyarakat. Tak cukup sampai pada masa penjajahan Belanda, hingga penjajahan Jepang pun Hamka sempat diuji dengan ditutupnya kantor Berita Pedoman Masyarakat. Beragam tantangan yang dihadapi oleh Hamka membuatnya dalam pilihan sulit. Banyak polemik yang terjadi, membuat Hamka kehilangan kepercayaan masayrakat setempat dan membuatnya kembali ke kampung halamannya.

Film Buya Hamka berdurasi total tujuh jam dengan dibagi dalam tiga volume. Volume I film Buya Hamka berdurasi 1 jam 46 menit ini tayang pada 19 April 2023 lalu secara serentak di bioskop Indonesia. Memiliki penggambaran alur cerita yang progressif pada Volume I film tersampaikan dengan apik. Kepiawaian tokoh utama, Vino G Bastian dalam memerankan Buya Hamka patut diberi apresiasi. Vino G Bastian berhasil mengimplementasikan sosok Buya Hamka seperti di kehidupan nyata dengan sikapnya yang santun, berpikiran modern terhadap ilmu, serta bijaksana dalam setiap perkataan yang dikeluarkannya. Tidak hanya itu, karakter tokoh istri Buya Hamka, Siti Raham sebagai sosok orang yang selalu mendukung cita-cita Buya Hamka, perjuangan suaminya, dan orang yang selalu ada bersama Buya Hamka, memberi bumbu romansa yang menjadi daya pikat tersendiri dalam film ini.

Tidak hanya kepiawaian para pemain dalam memerankan setiap karakter tokoh pada film, visualisasinya seperti pemilihan tempat dan kostum para pemain dalam membawakan karakter yang diperankan juga sangat cocok dengan tema dan alur. Pemilihan tempat dalam film ini sangatlah berkaitan dengan latar tempat yang sebenarnya, sehingga mampu membawa imajinasi penonton lebih dekat dengan suasana kehidupan Buya Hamka pada kenyataanya. Selain itu kostum para pemain juga sangat mendukung peran, misalnya pakaian yang sering digunakan Siti Raham, yaitu baju kurung dan kerudung yang sederhana,  menjadi ciri khas suku Minang mampu membangun latar budaya yang ingin ditonjolkan.

Sepanjang menonton film ini penonton tidak akan dapat menyadari bagianmana yang akan menjadi penutup Volume I film Buya Hamka. Sebab, di setiap bagian film selalu berkesinambungan dengan adegan selanjutnya. Hal ini dapat membuat penonton menjadi penasaran dengan setiap adegan dalam film.

Film ini dapat menjadi daftar pertama dalam list menonton di bioskop ketika lebaran. Banyak pelajaran hidup dari tokoh pahlawan dan ulama besar asal tanah Minangkabau ini.Namun, kembali lagi ke awal bahwa film ini dibagi dalah tiga volume. Pada akhir film, penonton harus menahan rasa penasarannya disebabkan Volume I harus berakhir. Lalu, bagian terakhir Volume I akan terkesan menggantung, dan akan dilanjutkan ke Volume II film Buya Hamka.

Selamat menonton!

*Penulis merupakan mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Univeristas Andalas

 

 

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here