*Oleh : Zulkifli Ramadhani

Nagari Parambahan merupakan salah satu nagari yang ada di Kecamatan Bukit Sundi, Kabupaten Solok, Provinsi Sumatra Barat (Sumbar). Nagari yang luasnya sekitar 3,67 persen dari luas wilayah Kecamatan Bukit Sundi, Kabupaten Solok ini sebagian besar kawasannya merupakan sawah pertanian. Meskipun memiliki luas daerah yang tidak terlalu besar, tetapi tak mengurangi keberagaman adat yang ada. Salah satu kegiatan adat yang ada yaitu “Diam.” Diam merupakan suatu kegiatan adat yang dilakukan untuk menolak bala atau menolak segala bentuk malapetaka.

Diam merupakan kegiatan adat warga nagari parambahan dengan melakukan serangkaian ritual dengan memanjatkan doa kepada Allah SWT dan bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW sembari berkeliling nagari. Tokoh adat Nagari Parambahan, Faisal “Datuak Mandaro Sati” menyampaikan bahwa acara tolak bala kali ini dilakukan karena sudah adanya hama tikus yang mengganggu hasil padi warga.

“Tolak bala ini dilakukan melihat kondisi padi di sawah masyarakat, apabila tikus sudah muncul artinya malapetaka untuk hasil tani sudah muncul,” jelas Faisal saat diwawancara pada Selasa (16/7/2024).

Warga yang shalawatan sembari berkeliling sawah di nagari Parambahan dalam rangka adat tolak bala selama 4 hari, Selasa (16/7/2024) (Zulkifli Ramadhani)

Acara Diam yang dilakukan oleh masyarakat Nagari Parambahan biasanya dilakukan selama 4 hari. Pelaksanaan acara ini dilakukan dengan menyesuaikan kondisi yang ada di nagari. Dalam satu tahun, dapat berlangsung 2 kali atau hanya sekali. Pada Juli ini, adat tolak bala dilakukan selama empat hari dimulai pada Selasa 16 Juli-Jumat 19 Juli 2024.

Pada saat melakukan shalawatan keliling kampung, akan ada beberapa kali pemberhentian. Setiap pemberhentian ibu-ibu akan menghidangkan sejumlah hidangan untuk warga yang ikut serta acara Diam. Di setiap tempat pemberhentian tersebut warga akan memanjatkan do’a bersama-sama kepada Allah SWT. Pada hari kedua juga dilakukan prosesi yang sama dengan berjalan mengelilingi sawah pertanian. Hari ketiga perjalanan sedikit lebih jauh yakni melewati bukit dari pagi hingga sekitar jam 3 sore di titik akhir. Lalu hari ke empat rute perjalanannya lebih singkat.

Makanan yang telah dihidangkan oleh ibu-ibu untuk disantap warga yang ikut serta berkeliling dalam “Diam” atau adat tolak bala di Nagari Parambahan, Rabu (17/7/2024) (Zulkifli Ramadhani)

Dalam melakukan “Diam” tolak bala, tidak ada warga yang pergi bertani. Semua warga yang bertani, bersama tokoh adat dan alim ulama ikut serta dalam adat ini. Setiap hari dalam prosesi acara ini juga dilakukan pemotongan kambing dititik mata air namun, Faisal menjelaskan pada adat tolak bala kali ini tidak setiap hari dilakukan pemotongan kambing karena ekonomi masyarakat yang sedang tidak bagus sehingga hanya dilakukan selama 2 hari saja.

“Biasanya adat ini, hari pertama sudah potong kambing namun, karena dana warga pemilik sawahnya ekonomi sedang tidak baik sehingga tidak lakukan,”ujar Faisal.

Salah seorang Ibu-ibu warga Nagari Parambahan, Darmiswarti menyampaikan di setiap mata air pada acara adat tolak bala ini juga ada penyebaran tanaman-tanaman yang diiris-iris yang disebut “ureh” agar menyebar melalui aliran air kepersawahan warga.  Hal ini juga menjadi bagian dalam tradisi tolak bala yang dilakukan di Nagari Parambahan.

Walaupun “Diam” atau adat tolak bala dilakukan dalam rangka penghalau musibah atau malapetaka, upacara adat tersebut dilakukan masyarakat dengan suka cita bergotong royong melaksanakannya. Selain bertujuan untuk dapat mengusir malapetaka, adat tolak bala ini juga memperlihatkan rasa kebersamaan sesama masyarakat Nagari Parambahan.

Do’a bersama di pemberentian terakhir dalam rangka adat tolak bala Nagari Parambahan yang telah berlangsung 4 hari, Jumat (19/7/2024) (Zulkifli Ramadhani)

Salah seorang Mahasiswa KKN Parambahan dari Universitas Andalas, Fajri Akbar Pratama yang ikut serta dalam “Diam” Tolak Bala mengakui bahwa upacara tolak bala yang ada di Nagari Parambahan ini cukup unik karena berbeda dibandingkan dengan daerah lain yang ada di Sumbar. Tradisi tolak bala tersebut juga memperlihatkan kekompakan serta keharmonisan antar sesama warga desa Nagari Perambahan.

“Adat ini cukup unik karena sangat berbeda tentunya dengan daerah lain apalagi dikota-kota, kebersamaan dalam adat ini sangat terasa dari bapak-bapak yang keliling dan ibu-ibu mempersiapkan makanannya,”ujar Fajri.

Fajri juga mengharapkan tradisi adat seperti yang ada di Nagari Parambahan dapat dilestarikan oleh anak-anak muda Nagari Parambahan sehingga, budaya ini dapat terus terlaksana sebagai simbol kerukunan warga.

 

*Penulis Merupakan Mahasiswa KKN Parambahan dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis,Universitas Andalas

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here