Tidak dapat dipugkiri sebenarnya eskistensi yang ada pada saat ini adalah bagian dari proses sejarah. Masa lalu turut mengambil andil dalam proses kehidupan kita yang terus berevolusi. Dengan adanya sejarah kita belajar banyak hal yang kemudian dapat dijadikan amunisi untuk menatap kedepan. Sejarah juga menjadi faktor esensial untuk mengetahui asal-usul darimana kita sebenarnya sehingga terbentuklah sebuah identitas. Sebagai manusia, identitas sangatlah dibutuhkan setidaknya untuk mengenal diri sendiri. Selain itu identitas bangsa tak kalah pentingnya guna terbentuknya jati diri setiap individu. Namun, makin kesini terdapat ketidaksesuaian antara sejarah dengan buku-buku teks (kurikulum) yang dibuat pemerintah. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai ketidaksesuaian sejarah mari kita simak pemaparan dari Dosen Ilmu Sejarah Universitas Andalas, Dr. Zulqaiyyim, M. Hum.
(Reporter: Elvi Rahmawani dan Dian Mardhiyyah)
Bagaimana sejarah dari prespektif keilmuan?
Sejarah dalam konteks keilmuan sejarah, dibagi menjadi 3. Pertama, unik/einmalik, sebagaimana terjadi di zaman dulu dan tidak bisa diulang lagi. Kedua, sejarah sebagai kisah dalam artian sejarah dikisahkan oleh orang-orang di zaman sekarang. Ketiga, sejarah sebagai ilmu, yang menghubungkan masa lampau dengan masa sekarang. Terdapat istilah kritik sumber dalam sejarah, yaitu mengkritik infroman apakah ia layak ataupun berkredibilitas, informasi yang disampaikan, autentisitas (apakah informan melihat kejadian yang diiā°nformasikan, apakah berasal dari dokumen yang valid). Setelah melalui kritik sumber maka sejarawan barulah menginformasikan ke publik supaya sejarah bisa dipercaya dan dipertanggungjawabkan secara akademis. Namun, semua orang yang dalam artian orang umum yang juga ingin mengisahkan sejarah, maka itulah yang sebenarnya merusak kisah sejarah.
Mengapa tidak semua kejadian bisa dikatakan/dijadikan sebagai sejarah?
Karena dalam keilmuan sejarah, tidak semua kejadian meninggalkan jejak dan tercatat. Nah catatan itulah yang dicari oleh sejarawan. Namun kadang, catatan tersebut bisa dimanipulasi untuk melegitimasi sesuatu, hal seperti inilah yang mendistorsikan sejarah. Selain itu sejarah juga dapat dipilah-pilih, dalam artian hal yang dianggap tidak terlalu penting maka ditinggalkan. Makanya sejarah bisa melegitimasi rezim berupa mengemukakan catatan-catatan yang mendukung rezim maupun menjatuhkan rezim, dengan mengekspos sumber-sumber yang tidak melegitimasikan rezim.
Seperti apa peran sejarah dalam kehidupan manusia?
Secara naluri atau alamiah, manusia tidak bisa terlepas dari sejarah karena sejarah memberikan identitas kepada diri seseorang jika ia berupa bagian dari suku bangsa. Seseorang tidak memiliki identitas jika ia tidak memiliki sejarah. Ini yang membedakan manusia dengan makhluk hidup yang lain karena mereka tidak memerlukan identitas. Sebagai sebuah bangsa kita juga perlu identitas, contohnya mengapa Sumatera tidak menjadi bagian dari Singapura atau Malaysia? Karena ada proses sejarah yang terjadi dulunya sehingga Sumatera menjadi bagian dari kepulauan Indonesia. Wawasan kesejarahan itu penting namun banyak orang yang mengabaikannya.
Bagaimana dengan ketidaksesuaian sejarah dengan buku-buku yang ada di sekolah-sekolah? Apakah ada kesalahan fatal?
Beberapa sejarah memang ada ketidaksesuaian antara sejarahnya itu sendiri dengan sejarah yang ada dibuku (kurikulum) pendidikan semisal saja penjajahan Indonesia oleh belanda selama tiga setengah abad. Untuk 350 tahun Indonesia dijajah itu memang salah, itu kan penafsiran beberapa orang. VOC yang didirikan pada 1600an itu dianggap Belanda sudah menjajah. Padahal bukan seperti itu, VOC merupakan badan perdagangan bukan negara maka tidak bisa dikategorikan sebagai penjajahan. Penjajahan dilakukan oleh sebuah negara dengan mengeksploitasi negara lain. Hindia Belanda menjajah Indonesia ketika VOC runtuh pada 1799 kemudian digantikan oleh pemerintah Hindia Belanda, itu baru mulai 1800. Kemudian belum ada nama Indonesia pada saat itu, karena masih terpisah-pisah. Itupun tidak semua wilayah di Indonesia dijajah melainkan hanya Jawa dan Maluku pada saat itu. Tafsiran seperti itu bisa ada nilai positif dan negatifnya. Untuk nilai positifnya, ada unsur untuk menyatukan persepsi, sedangkan nilai negatifnya bangsa kita dicamkan sebagai bangsa terjajah. 350 tahun dijajah, secara aspek hukum internasional itu tidak benar.
Bagaimana kesalahan/ketidakpastian sejarah seperti ini dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah?
Kurikulum kita perlu direvisi karena selama ini lebih banyak menghafal nama, tahun, tempat melainkan tidak memberikan analisis sejarah, memeberikan pemantapan wawasan kesejarahan yang merujuk pada faktor mengetahui identitas bangsa.
Mengapa siswa sekarang banyak yang mengabaikan sejarah?
Pelajaran sejarah di luar negeri seperti di Amerika, menjadi mata pelajaran wajib bagi semua siswa. Sedangkan di Indonesia, sejarah cenderung diabaikan sehingga siswa maupun mahasiswa tidak terlalu banyak menaruh perhatian pada mata pelajaran sejarah. Berbeda halnya jika sejarah menjadi mata pelajaran wajib maka siswa akan mempelajari sejarah sedemikan rupa tidak hanya sebagai pelengkap saja. Di sisi lain guru-guru juga perlu meningkatkan kemampuan mengajar.
Apakah ada kesalahan lain dalam sejarah yang dimasukkan kedalam kurikulum?
Ada banyak sejarah yang sering terabaikan. Salah satu contohnya isi sumpah pemuda. Banyak orang yang lupa isi sumpah pemuda poin ke tiga bahwasanya berisi tentang menjunjung tinggi bahasa persatuan Bahasa Indonesia bukan berbahasa. Contoh lainnya yaitu pada saat setelah proklamasi kemerdekaan, Presiden dan Wakil Presiden, Soekarno-Hatta yang berada di Yogyakarta, lalu di asingkan ke Bangka. Pada saat itu secara hukum internasional, Indonesia sudah tidak ada karena kepala negaranya tidak ada. Akan tetapi menjelang Soekarno-Hatta ditangkap, didirikan Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) di Bukittinggi. Nah pemerintahan darurat ini sering tidak disebutkan padahal fungsi PDRI ini sangat penting. Tanpa ada PDRI maka 1 periode pemerintahan Indonesia setelah proklamasi akan hilang.
Apakah benar dalam buku pelajaran sejarah sekolah terdapat propaganda?
Ya benar. Pelajaran sejarah sangat mudah di masuki propaganda karena pelajaran sejarah akan memberikan pengetahuan identitas kepada individu atau bangsa. Seharusnya sejarah dikisahkan sedemikian rupa sehingga sejarah justru dapat mencerdaskan, bisa memberikan wawasan kebangsaan, dan kebhinekaan.
Jadi fakta sejarah itu bisa dimunculkan, diinterpretasikan/ditafsirkan, dan dibesar-besarkan.
Jika seseorang yang sudah terbiasa berpikir kritis maka akan berdampak positif karena ia tidak akan mudah percaya dengan apa yang orang lain katakan, melainkan akan menelusuri sumber yang valid.
Apakah penting mengingat sejarah?
Sangat penting, malah itu adalah keharusan karena sejarah menunjukkan identitas seseorang. Hal paling sederhana sebagai contohnya adalah pengetahuan tentang keluarga, nama orang tua, tempat tanggal lahir dan sebagainya. Hanya saja penulisan itu sudah rutin, sehingga dianggap tidak terlalu penting. Sering terabaikan pula bahwasanya apa yang terjadi sekarang merupakan hasil dari proses yang terjadi di masa lalu. Dengan mempelajari sejarah dapat mengetahui kekiniannya supaya dapat menatap kedepan. 3 dimensi ini yang sering dilupakan.
Ketika mempelajari perjuangan Bangsa Indonesia melawan penjajah maka kita akan cenderung turut mempertahankan kemerdekaan. Banyak yang dikorbankan untuk memperjuangkan kemerdekaan mulai dari tenaga, tanah, uang, bahkan nyawa. Selain itu semangat persatuan bangsa yang saling bahu membahu demi memperjuangkan kemerdekaan. Pengetahuan ini kan tidak bisa didapat tanpa mempelajari sejarah.
Tips dan saran untuk mahasiswa
Kemampuan literasi mahasiswa perlu ditingkatkan dengan rajin membaca semua hal, terutama yang berhubungan dengan ilmu yang sedang didalami, kemudian yang baru yang di luar ilmu yang sedang dipelajari. Jangan menelan informasi secara mentah, harus berpikir kritis untuk menerima informasi. Supaya tidak terbawa arus atau terpengaruh oleh pemikiran yang menodai nilai kebangsaan kita. Semua generasi wajib belajar sejarah, minimal mengetahui identitas diri, yang kedua identitas bangsa.