Padang, gentaandalas.com- Rektor Universitas Andalas (Unand) baru saja meresmikan mushola tertinggi di Sumatra Barat yang berada di kawasan Cadas, Gunung Talang pada 14 Februari lalu. Diprakarsai oleh UKM Mapala Unand, Farhan Furqani selaku ketua mengatakan bahan material untuk membangun mushola yang berdiri pada ketinggian 2597 mdpl itu diangkut secara bertahap dengan berjalan kaki sebab kendaraan hanya bisa naik hingga ke posko pendakian saja.
Pengangkutan material melibatkan Pokdarwis Nagari Aia Batumbuak serta para pendaki yang datang “Kurang lebih satu bulan ini proses pengangkatan materialnya,” kata mahasiswa Farhan kepada Genta Andalas, Selasa (16/2/2021).
Pembangunan mushola ini dilakukan tidak dalam kurun waktu yang mendadak. Diungkapkan oleh Farhan, mushola tersebut telah direncanakan pembangunannya sejak enam bulan yang lalu. Akan tetapi, sejumlah permasalahan yang dialami mengakibatkan proses pembangunan baru bisa dilakukan serius dalam tiga bulan belakangan ini.
Untuk mendorong kelancaran realisasi pembangunan mushola, Farhan mengatakan bahwa sejumlah pihak turut mengucurkan dana dalam mendirikan tempat ibadah tertinggi di Sumatra Barat. Selain dari sumbangan internal anggota Mapala Unand, dana juga diperoleh dengan mengirim proposal ke beberapa yayasan yang bergerak dibidang pembangunan masjid dan mushola. Di samping itu, dia mengaku tidak mendapat sokongan dana dari Unand. “Untuk pihak Unand secara resmi tidak ada memberikan bantuan materi, mungkin belum. Mungkin pembangunan musala di gunung-gunung lain akan dibantu dananya,” kata Farhan.
Farhan mengungkapkan mengenai sumber air, sudah dibuatkan sebuah bak untuk menampung air dari cadas Gunung Talang. Air tersebut dialiri dari selang yang ditampung di bak penampungan.
Setelah diresmikan, besar kemungkinan mushola akan didatangi oleh banyak sekali pengunjung. Untuk mengantisipasi terjadinya kerusakan atau kerugian lainnya, diperlukan pengelolaan dan perawatan yang mumpuni. Mengenai hal ini, Farhan mengaku menyerahkan wewenang sepenuhnya kepada Pokdarwis Kampuang Aia Batumbuak untuk mengelolanya. “Karena tempat beribadah maka dipelihara bersama saja oleh semua pendaki gunung,” kata Farhan.
Seorang petugas pembuka jalur pendakian kawasan Nagari Aia Batumbuak sejak 2012, Ruslan menjelaskan segala material pembangunan mushola, sekecil apapun dititipkannya kepada para pendaki yang ia temui. Ia turut mengungkapkan kekagumannya kepada empat orang pendaki asal Ampelas, Kota Medan, yang membantunya mengangkat sepuluh hingga sebelas barang sekaligus. “Sebagai ucapan terima kasih, anak muda itu saya beri biaya logistik,” kata Ruslan.
Ruslan menambahkan, sebanyak 75 orang, termasuk alumni Unand dan kampus lain dari beragam profesi seperti pengusaha, ahli teknik, dan sebagainya turut hadir membantu proses pengerjaan mushola. Tidak hanya dana, mereka juga menyumbangkan tenaga, bekerja sama membangun mushola. “Untuk menerangi mushola, dimanfaatkan tenaga surya sebagai pembangkit listrik, serta penangkal petir juga telah dipasang. Terima kasih tak terhingga saya ucapkan kepada bapak, ibu yang telah membantu. Alhamdulillah di atas sekarang sudah bisa beribadah,” tutur Ruslan.
Disamping itu, Ruslan mengaku telah merembukkan mengenai perawatan mushola bersama para alumni Unand dan ketua panitia. Hasilnya, agar mushola terjaga dengan baik, maka akan dibuatkan papan peringatan dilarang duduk atau tidur di dalam mushola serta panita akan berdatangan setiap hari untuk melakukan pemantauan. Selain itu, akan dibuatkan juga papan penanda bertuliskan “Batas Area Kemah” agar mushola tidak berdekatan dengan perkemahan. “Supaya mushola kita terjaga dengan baik, untuk ibadah tidak boleh semena-mena”, kata Ruslan.
Reporter: Afdal Hasan dan Fadilatul Husni
Editor: Efi Fadhillah