Pasang Iklan Disini

Tomi Aprila Winata, Sudah Jadi Penyuluh Sebelum Sarjana


Oleh : Nurul ‘Ain*)

Tomi Aprila Winata saat mengurusi kebun buncisnya di Nagari Ampek Koto, Kecamatan Palembayan, Kabupaten Agam. (Genta Andalas/dok.pribadi)

Mendapat julukan ‘tauke’ dari teman-teman satu angkatan, Mahasiswa Jurusan Penyuluhan Pertanian Fakultas Pertanian (Faperta) Universitas Andalas (Unand) Tomi Aprila Winata menggambarkan sosok Penyuluh Pertanian yang dibutuhkan masyarakat. Bagaimana tidak, di usia yang tergolong muda dan masih duduk di bangku perkuliahan Tomi telah berhasil memotivasi banyak orang dalam bidang pertanian dan peternakan.

Sejak kecil Tomi suka bercocok tanam, bahkan sejak berada ditingkat Taman Kanak-kanak, Tomi sudah diajak pergi ke sawah oleh orang tuanya. Tidak mengherankan jika sejak SMA Tomi sudah memiliki kebun pisang dan mendapatkan penghasilan sendiri. Hal ini yang mendasari Tomi untuk mengambil jurusan Pertanian. Di dekat rumah Tomi juga terdapat Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) yang membuat motivasi Tomi mengambil jurusan pertanian semakin kuat.

Dalam kegiatan akademis, antusiasme mahasiswa angkatan 2018 ini terhadap pelajarannya dapat dilihat ketika dia langsung mengaplikasikan apa yang didapatkannya di dalam kelas ke kebun pribadi miliknya di Nagari Ampek Koto, Kecamatan Palembayan, Kabupaten Agam. Menurutnya, jika materi pelajaran tidak dipraktikkan maka akan mudah lupa, selain itu pengalamannya juga tidak akan diperoleh jika tidak melakukan praktiknya secara langsung. Sehingga ketika belajar mengenai budidaya buncis disemester dua dan ketika pandemi menghadang, Tomi memanfaatkan waktu di rumah untuk memulai bercocok tanam buncis di kebun pisangnya.

Karena keterbatasan modal, Tomi mengajak temannya untuk ikut budidaya buncis sekaligus menjadi pemodal. Ada empat orang teman yang diajak Tomi untuk bekerja sama. Bukan teman sebaya, melainkan orang-orang dewasa yang biasa jadi teman berdiskusi oleh Tomi. Setelah sukses melakukan lobi, akhirnya budidaya buncis Tomi mendapatkan modal. Tak serta merta bergantung dari modal, Tomi juga mencoba leruntungan lain. Melalui program Study and Farm From Home dari Faperta Unand ketika masa pandemi, Tomi pun mendapat bantuan dana sebesar Rp500.000 dari Dekan Faperta.

“Jika mendapatkan kendala dalam merealisasikan suatu usaha maka kita harus segera berpikir dan membanting setir segera memikirkan jalan keluar,” kata Tomi saat diwawancarai melalui sambungan WhatsApp, Sabtu (17/4/2021).

Walaupun bekerja sama dengan orang yang lebih dewasa, Tomi mengaku bahwa dirinya tidak pernah mendapatkan kritik, justru dia mendapatkan sokongan.

Panen buncis yang didapatkan oleh Tomi mencapai 400 kilogram dengan luas tanah setengah hektar. Waktu budidaya buncis hingga panen pertama sekitar 45 hari dan dapat panen sebanyak 10 kali dengan 2-3 kali panen dalam seminggu. Kebun Tomi sempat didiamkan selama tiga bulan setelah panen karena menyelesaikan urusan di kampus, namun kini kebun tersebut telah ditanaminya jahe sehingga program pertanian Tomi masih tetap berlanjut. Selain pisang dan jahe, di perbatasan tanah Tomi juga menanam mentimun.

Orang tua Tomi sangat bangga kepadanya, mereka juga memberikan dukungan penuh kepada sang anak. Sebab, di umur yang cukup muda hanya Tomi yang memiliki kebun sendiri dan bertani secara mandiri di kampungnya. Di samping itu dari kegigihan dan usaha yang dilakukan, panggilan tauke yang dilontarkan oleh teman-teman sebayanya di jurusan penyuluhan membuat dirinya semakin termotivasi. Walau sempat terselubung cemoohan dalam panggilan tauke itu, Tomi mengambil hal positif sebagai motivasi yang terus memompa semangatnya untuk tetap maju.

Selain bidang pertanian, Tomi juga melakukan budidaya ikan lele dalam ember. Inspirasi ini pertama kali didapatkan oleh Tomi ketika menonton Youtube mengenai budidaya ikan dalam ember. Peluang ini dipergunakan Tomi dengan melihat di kampungnya belum ada satu pun orang yang membudidayakan ikan lele di dalam ember. Selain itu, pada bagian atasnya Tomi menanami tanaman kangkung. Tomi kerap membagikan kegiatannya melalui media sosial seperti Instagram dan WhatsApp, hal ini menarik perhatian masyarakat akan budidaya ikan dalam ember. Bahkan mereka meminta bantuan Tomi untuk mengajari mereka.

Awalnya budidaya ikan lele Tomi hanya dalam ember. Dikarenakan ember yang terlalu sempit membuat pertumbuhan ikan lele terhambat, sehingga Tomi beralih menggunakan kolam terpal dengan ukuran dua kali empat meter. Perkembangan cukup signifikan sejak Tomi beralih dari ember ke kolam terpal dengan bibit awalnya sebanyak 1500 ekor ikan lele. Alhasil panen yang didapat oleh Tomi sekarang ini sebanyak 70 kilogram dengan tiga kali panen. Saat ini masih tersisa sekitar 30 kilogram di dalam kolam. Melihat keuntungan yang meningkat, Tomi pun berniat untuk menambah satu kolam lagi.

Tomi mengurusi ternak lele ini sendiri dan dibantu tiga orang lainnya saat masa panen datang, sedangkan untuk modal dibantu oleh seorang rekannya yang merupakan seorang guru. Tomi juga mencoba untuk melobi rekannya untuk membantu dirinya dalam persoalan dana, dikarenakan ternak lele ini memakan modal yang cukup besar.

Walaupun cukup sibuk dengan kegiatannya, Tomi tetap bisa mengikuti proses perkuliahan dengan baik dan mengerjakan tugas-tugas perkuliahan secara maksimal. Tomi sadar bahwa nilai perkuliahannya berasal dari tugas yang dikerjakannya.

Manfaat kegiatan Tomi ini untuk dirinya sendiri selain untuk menerapkan pelajaran ke dalam kehidupan sehari-sehari, juga mendapatkan pengalam yang begitu berharga. Seorang Tomi mengakui bahwa zaman saat sekarang ini merupakan keadaan yang susah untuk mendapatkan pekerjaan, sehingga Tomi berpikir untuk dapat bekerja sebagai pengusaha dengan membuka lapangan pekerjaan menjadi andalan terbaik ketika nanti tidak mendapatkan pekerjaan.

Selain itu sebagai mahasiswa penyuluhan pertanian secara tidak langsung Tomi telah melakukan penyuluhan dengan memberikan dan membagikan ilmunya kepada orang-orang sekitarnya, secara tidak langsung telah melakukan kegiatan penyuluhan. Hal ini sejalan dengan moto hidup yang dipegang erat oleh Tomi, yakni orang yang baik itu adalah orang yang bermanfaat oleh orang lain. Karena dalam keseharian dan kegiatan yang dilakukan oleh Tomi memberikan informasi dan melakukan penyuluhan kepada orang-orang di sekitarnya.

Tidak sekadar menjadi mahasiswa, ketika mendapatkan materi pembelajaran dibangku kuliah hendaklah diterapkan juga dalam kehidupan sehari-hari dan mencari pengalaman merupakan pelajaran yang paling berharga. Pada saat kuliah jangan hanya belajar di dalam kelas tetapi cobalah untuk menyatu dengan dunia luar dan menerapkan pelajaran dan mendapatkan pelajaran agar nantinya dapat dimanfaat ketika kita sudah jadi sarjana.

Pemuda dengan jiwa pekerja keras ini menitipkan pesan untuk seluruh mahasiswa agar menggunakan dan memanfaatkan teknologi juga menjadi media yang penting untuk melancarkan kegiatan dan memanfaatkannya untuk hal-hal positif. selain itu, dalam penggunaan teknologi harus menggunakan pemikiran yang dewasa dan memikirkan ke masa yang akan datang. Seperti menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman, selain itu meniru dan menerapkan hal-hal yang bermanfaat untuk diri sendiri dan untuk orang lain.

*Penulis merupakan Mahasiswi Jurusan Ilmu Komunikasi 2018 Fakultas ISIP Universitas Andalas

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *