Oleh: Afri Haikil*
Kota Payakumbuh merupakan salah satu daerah di Sumatra Barat yang sering dijuluki sebagai kota dengan sejuta oleh-oleh. Sebagai kota yang kaya akan kekhasan kulinernya, tidak heran jika melihat banyak orang yang berburu mencari makanan khas dari Minangkabau untuk diberikan ke keluarganya di rumah. Diantara banyaknya kuliner yang ada di sana, salah satu camilan yang harus dicoba yaitu gelamai.
Gelamai merupakan camilan yang berbentuk seperti dodol yang banyak berkembang di Payakumbuh. Gelamai ini tidak ditemukan di Payakumbuh saja, namun ada di beberapa daerah yang ada di Sumatra Barat, seperti Solok, Pariaman, dan Pasaman. Begitupun penyebutan nama untuk kuliner ini bervariasi di setiap daerah, ada yang menyebut galamai, kalamai, gelamai, dan celamai.
Peminat cemilan gelamai ini cukup banyak, sehingga masyarakat yang berada di Kota Payakumbuh umumnya membuat cemilan ini. Salah satu masyarakat yang sering membuat gelamai ini adalah Yusriwati. Makanan khas gelamai ini sudah terkenal di masyarakat Payakumbuh atau Sumatera Barat pada umumnya, oleh karena itu Kota Payakumbuh dulunya dikenal sebagai Kota Gelamai.
“Kata gelamai berasal dari bahasa minang yaitu gelame yang artinya berlemak dan teksturnya kenyal seperti dodol. Untuk penamaan gelamai ini merupakan gabungan dari dua kata, yaitu gulo dan amai sehingga digabungkan menjadi galamai,” ujar Yusriwati saat diwawancarai Genta Andalas.
Lebih lanjut Yusriwati menjelaskan bahwa rasa dari gelamai ini akan terasa manis dan kenyal di dalam mulut saat kita memakannya. Pada adonan gelamai ini biasanya ditambahkan kacang tanah sehingga membuat sentuhan rasa yang gurih dan renyah ketika kita memakannya. Yusriwati juga menyebutkan bahan yang digunakan dalam pembuatan gelamai ini adalah santan kelapa, tepung ketan, gula pasir, gula aren, dan sedikit garam.
“Bahan yang dibutuhkan untuk membuat gelamai tergantung berapa banyak gelamai yang akan disajikan. Kalau untuk satu keluarga saja biasanya hanya memerlukan enam buah kelapa kemudian diambil santannya, satu liter tepung ketan, lalu ditambah gula pasir, boleh juga gula aren sekitar satu kilogram,” tutur Yusriwati.
Di lain sisi, seorang warga di Payakumbuh Milia, yang juga sering membuat gelamai mengatakan bahwa gelamai ini cocok dijadikan oleh-oleh untuk dibawa perantau Minang yang akan kembali ke rantau. Selain itu gelamai ini sering dijadikan makanan pelengkap di acara baralek atau ketika Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha serta acara adat. Proses pembuatan gelamai ini bisa dilakukan sendiri atau bergotong royong.
“Untuk pembuatan gelamai biasanya berdasarkan keperluan. Jika untuk dimakan satu keluarga saja, gelamai dibuat sendiri-sendiri. Tetapi kalau untuk acara, seperti acara adat ataupun resepsi pernikahan dibuat secara bersama atau gotong-royong oleh masyarakat setempat karena untuk membuat dalam jumlah banyak, membutuhkan tenaga yang lebih dan waktu yang lama,” ujar Milia.
Milia juga mengatakan dalam pembuatan gelamai ini tidaklah sulit. “Pertama masukkan gula aren yang dicampur dengan santan kemudian diaduk sampai pekat. Setelah itu tambahkan tepung ketan ke dalam kuali yang udah ada campuran santan dan gula aren yang sudah pekat tadi. Kemudian masak adonan tersebut hingga teksturnya kenyal dengan diaduk secara terus menerus selama lebih kurang empat jam,” ungkap Milia.
Milia berharap agar makanan khas gelamai ini terus berkembang dan tidak dilupakan di masa yang akan datang, sehingga generasi berikutnya bisa mengenal dan mencicipi keunikan rasa dari makanan khas Minangkabau ini.
Penulis merupakan Mahasiswa Jurusan Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Andalas