Pasang Iklan Disini

Menilik Fenomena Generasi Sandwich di Kalangan Milenial


(Foto: ilustrasi Genta Andalas)

Fenomena sandwich generation terjadi di berbagai negara, termasuk Indonesia. Istilah sandwich generation pertama kali diperkenalkan oleh Doroty A. Miller di papernya yang berjudul ‘The Sandwich Generation: Adult Children of The Aging’ pada tahun 1981. Generasi sandwich umumnya merupakan generasi orang dewasa berumur 30-40 tahun yang harus menangggung hidup tiga generasi yaitu orang tua, diri sendiri, dan anaknya. Namun kian hari definisi dan kategori umur generasi sandwich makin bergeser.

Contohnya mahasiswa yang masih berumur 20an di Indonesia yang menanggung hidup bukan hanya untuk dirinya, tetapi juga orang tua dan adik-adiknya. Mereka terpaksa menjadi tulang punggung keluarga karena orang tua yang tidak bekerja lagi.

Generasi milennial banyak terjebak menjadi generasi sandwich. Lalu, kenapa generasi sandwich ini ada? Apa dampak yang dialami orang yang menjadi generasi sandwich? Bagaimana cara kita bertahan sebagai generasi sandwich? (Nabila Annisa)

Narasumber: Dra. Mira Elfina, M. Si*)

Jawaban:

Kenapa generasi sandwich ini ada?

Secara sosiologis, setiap orang itu terstrata, ada lapisan-lapisan sosial di dalam masyarakat. Setiap individu masuk ke dalam lapisan-lapisan sosial tadi. Ketika mereka ada di lapisan menengah ke bawah, biasanya di dalam suatu rumah hidup tiga generasi. Ada generasi orangtua, generasi anak, dan generasi cucu. Orang tua sebagai lansia sudah tidak produktif lagi, si anak pun misalnya dalam masa pendidikan. Maka peran di dalam rumah harus dimainkan oleh generasi kedua. Generasi kedua ini bisa pasangan suami istri, atau single parent.

Peran adalah serangkaian harapan-harapan berdasarkan status yang disandang oleh seseorang. Ketika dua generasi tidak produktif, maka generasi tengahlah yang menjalankan perannya atau dengan kata lain harapan-harapan tertuju ke generasi tengah. Harapan-harapan itu terkait dengan hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang bukan hanya secara ekonomi, tapi juga harapan terkait aspek kesehatan, aspek tempat tinggal, aspek kenyamanan dan sebagainya.

Saat dunia makin maju dan modern, peran-peran dan tanggung jawab itu makin besar karena terkait dengan kebutuhan-kebutuhan yang makin meningkat. Seperti di masyarakat Minangkabau yang dikenal extended family yang tinggal dirumah gadang. Perawatan si lansia tidak harus di tanggung oleh sosok Ibu melainkan juga ada saudara-saudara lain. Mereka jadi bisa berbagi terkait peran-peran beban tadi. Zaman dulu hal itu tidak terlalu menjadi masalah, tetapi zaman sekarang untuk memiliki anak butuh pertimbangan. Generasi sandwich ini ada karena anak muda yang menikah memutuskan menunda memiliki anak karena beban yang dipegangnya.

Apa dampak yang dialami orang yang menjadi generasi sandwich?

Seseorang yang menjadi generasi sandwich akan menanggung beban ekonomi sehingga tidak punya waktu untuk dirinya. Mereka tidak punya waktu dalam bersosialisasi atau untuk memikirkan dirinya sendiri. Dampaknya akan berantai karena beban ekonomi disandarkan kepada kelompok miskin.  Kemiskinan menjadi persoalan yang paling dasar yang mempengaruhi segala aspek kehidupan, seperti persoalan keluarga, persoalan masyarakat, dan persoalan negara.

Bagaimana cara kita untuk bertahan sebagai generasi sandwich?

Pendidikan adalah salah satu bagaimana mobilitas dapat terjadi, terutama mobilitas vertikal. Ketika berada dalam kemiskinan kita akan lebih mementingkan perut daripada sekolah. Meskipun pendidikan saat ini sudah gratis dan telah diatur dalam undang-undang, tetapi sekolah bukan hanya terbebas dari SPP. Mengenyam pendidikan di sekolah tentunya memerlukan seragam, tas, sepatu, dan lain lain. Hal-hal seperti ini membuat si miskin secara ekologis merasa tidak nyaman.

Pendidikan juga menjadi salah satu yang paling mudah mengangkat mobilitas itu atau mengangkat derajat kemiskinan tadi. Makanya kemiskinan menjadi persoalan paling dasar. Ketika kemiskinan itu pelan-pelan mulai terbasmi, otomatis kehidupan akan menjadi lebih baik. Untuk itulah pendidikan menjadi salah satu cara untuk bertahan sebagai generasi sandwich.

 

*) Narasumber merupakan Dosen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *