Pasang Iklan Disini

Tren OOTD di Sosial Media: Representasi Gaya Hidup Konsumtif Generasi Muda


(Ilustrator/Kerina Jefani)

Oleh : Kerina Jefani*

Fashion merupakan istilah yang akrab dalam kehidupan sehari-hari dan telah menjadi gaya hidup setiap individu. Masyarakat sering mengidentikkan fashion dengan busana atau pakaian yang digunakan seseorang. Padahan fashion dilihat sebagai cara mengekspresikan diri yang memungkinkan dari apa yang mereka coba, lihat, dan minati. Arus globalisasi yang bergulir secara terus menerus melahirkan berbagai macam tren dalam segi fashion. Salah satunya, tren Outfit Of The Day (OOTD) yang sangat eksis dua tahun terakhir. Tren ini ramai diikuti oleh seluruh masyarakat dunia, tidak terkecuali generasi muda Indonesia. Tren ini umumnya dilakukan dengan memperlihatkan atau mengabadikan pakaian yang dipakai sehari-hari lalu dibagikan di media sosial. Maka dari itu, konsep OOTD sebenarnya sangat sederhana, dan tidak terlalu dibuat-buat
Saat ini tren OOTD di Indonesia tengah diwarnai dengan berkembangnya istilah-istilah outfit seperti cewek kue, cewek bumi, dan cewek mamba. Perwujudan perempuan yang menggunakan outfit warna-warni disebut sebagai cewek kue, yang dinilai sebagai wanita ceria dan penuh semangat. Selanjutnya perempuan yang menggunakan pakaian yang identik dengan warna-warna earth tone dilabeli sebagai cewek bumi yang memiliki kesan tenang dan bijaksana. Lalu, terdapat pula perempuan yang memakai pakaian-pakaian hitam yang terkesan berani dikenal dengan outfit cewe mamba. Hal ini menggambarkan bagaimana pakaian dapat mempersepsikan pandangan seseorang terhadap kepribadian orang lain
Akan tetapi, konsep tren OOTD di sosial media kini dijadikan wadah presentasi diri bagi para generasi muda. Di dalam fashion terkandung nilai-nilai yang ingin dipromosikan dan dikomunikasikan terhadap orang lain. Mereka berlomba-lomba untuk bersaing menunjukkan cara berpakaian terkini, dan membuktikan kualitas dari gaya hidupnya. Fenomena tersebut merupakan upaya untuk menumbuhkan kesan tertentu dengan cara menata perilaku agar orang lain memaknai identitas dirinya sesuai dengan apa yang ia inginkan. Pelaku tren OOTD memiliki dorongan untuk menampilkan citra tertentu yang ingin ditampilkan kepada khalayak atau followers pada akun sosial medianya. Hal ini dapat terlihat dari foto-foto yang hanya menampilkan sisi fashionable dan penggunaan busana kekinian agar dipandang sebagai pribadi yang trendi dan modern.

Kecendrungan untuk memiliki citra yang baik di media sosial lewat tren OOTD ternyata memberi dampak negatif terhadap perubahan gaya hidup generasi muda. Pergeseran pemaknaan terhadap tren ini mendorong pelaku tren untuk terus memperbarui tampilannya. Hal ini tentu akan mengarahkan generasi muda pada perlaku konsumtif. Dimana motif pembelian suatu barang tidak lagi didasarkan oleh kebutuhan, melainkan berdasarkan keinginan untuk tampil modis di media sosial. Semakin individu tertarik terhadap trend fashion, maka semakin besar pula dorongan perilaku konsumtif yang akan terjadi. Apalagi ditambah dengan maraknya sistem jual beli online saat ini, semakin memberi akses bagi generasi muda untuk meningkatkan daya belinya terhadap barang-barang hits.
University Of technology Sidney melakukan sebuah survey terhadap lebih dari 900 mahaiswa di Singapura mengenai penggunaan media sosial dan pola belanja. Hasilnya, ternyata setiap potret unggahan di media sosial yang menonjolkan kesempurnaan hidup membuat responden merasa inferior, cemas, dan ingin belanja untuk meng-upgrade diri. Setidaknya terdapat empat jenis pola perilaku yang mencerminkan gaya hidup konsumtif di kalangan generasi muda, yaitu kecendrungan mengejar diskon di mall, toko, maupun online shop, sering gonta-ganti pakaian, kerap memperbarui gaya busana melalui pembelian barang yang berulang-ulang, serta menjadikan tren OOTD sebagai standar penampilan. Perwujudan perilaku konsumtif ini tentunya akan berimbas pada banyak aspek bagi individu. Kecendrungan untuk tampil keren dengan dengan hastag #OOTD di media sosial menggiring generasi muda pada bencana keuangan. Untuk itu, pentingnya mempertimbangkan antara kebutuhan dan keinginan, agar generasi muda terhindar dari perilaku konsumif akibat tren fashion.
Berikut beberapa tips dan trik yang dapat dilakukan oleh generasi muda untuk menangani perilaku konsumtif dari tren OOTD ini. Pertama, sebaiknya generasi muda memiliki pakaian dasar agar dapat terlihat modis kapanpun. Selain itu, dengan memiliki pakaian dasar geneasi muda akan lebih mudah mengembangkan kreativitasnya dalam memadukan dengan pakaian lainnya. Kedua, mengutamakan fungsi dan kepentingan barang yang akan dibeli, karena hal ini merupakan hal utama dalam menghindari sifat konsumtif.

*Penulis merupakan mahasiswi Jurusan Antropologi Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *