Oleh : Sonia Helen*
Presiden Joko Widodo akan mengundang dua pemimpin negara yang sedang berkonflik yakni Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, dalam pertemuan puncak G20 di Bali pada November mendatang. Jokowi mengungkapkan alasan Indonesia mengundang Presiden Rusia dan Presiden Ukraina ke KTT G20 adalah untuk menciptakan perdamaian dan stabilitas dunia. Oleh karenanya, Indonesia sebagai presidensi G20 mendorong penyelesaian damai dalam konflik Rusia-Ukraina, karena Perdamaian dan stabilitas adalah kunci bagi pemulihan dan pembangunan ekonomi dunia.
Indonesia memiliki peran yang besar dalam mempertemukan kedua negara tersebut, hal ini dikarenakan Indonesia menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20, sehingga sebagai pemegang mandat Presidensi G20 tahun 2022 ini, Jokowi memiliki peran dalam menciptakan penyelesaian damai dalam konflik Rusia-ukraina. Karena Rusia merupakan anggota G20, indonesia ingin menyatukan G20, jangan sampai adanya perpecahan antar anggota. Walaupun Ukraina bukanlah anggota G20, namun Ini bisa dilakukan, contohnya adalah Singapura dan Vietnam yang sudah mengambil peran menjadi tuan rumah pada pertemuan Presiden Amerika Serikat yang pada saat itu yaitu Donald Trump dan Presiden Korea Utara Kim Jong-un. Dalam konteks inilah maka presiden Jokowi akan mengundang Presiden Zelensky dan Presiden Putin untuk hadir dalam KTT G20.
Jokowi juga sudah berkomunikasi dengan sejumlah pemimpin negara dan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang persiapan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 yang akan digelar di Bali pada bulan November mendatang dan juga berdiskusi melalui sambungan telepon mengenai dinamika situasi global, termasuk diantaranya soal perang Rusia-Ukraina.
Pada tanggal 27 dan 28 April 2022, Jokowi mengaku telah berbincang langsung melalui sambungan telepon dengan Presiden Rusia dan Presiden Ukraina untuk untuk menghadiri KTT G20 november mendatang.
Indonesia sedang berusaha menyadarkan bahwa dunia sedang sengsara atas konflik atau peperangan yang terjadi. Adanya Pertemuan ini dilatarbelakangi oleh permasalahan ekonomi dunia saat ini sebagai dampak konflik ini yaitu Komoditas gandum Ukraina sebagai salah satu yang terdampak akibat perang yang terus berlangsung di sana. Agenda KTT G20 yang akan diadakan di pulau Bali Indonesia pada November mendatang memang telah diselimuti kontroversi atas keputusan Indonesia dengan tetap mengundang Rusia, meskipun ada dugaan kejahatan perang di Ukraina.
Pertemuan Presiden Jokowi dengan dua pemimpin negara yang sedang berperang ini merupakan langkah yang tepat dalam mewujudkan perdamaian dunia. Sebagaimana terdapat dalam konstitusi Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yaitu pada alinea ke-4 yaitu ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, serta menegaskan politik luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif.
Kebijakan luar negeri adalah arah politik suatu negara yang mengatur hubungan dengan negara lain dalam mencapai kepentingan nasional negara di kancah internasional. Politik luar negeri yang ditempuh masing-masing negara pada hakikatnya merupakan komitmen berupa strategi dasar untuk mencapai tujuan dan kepentingan nasional. Politik Luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif bertujuan untuk mencapai perdamaian dunia. Oleh karena itu, sikap bangsa Indonesia terhadap permasalahan internasional selalu didasarkan pada politik bebas dan aktif. Bebas, artinya Indonesia bebas menentukan sikap dan pandangan terhadap permasalahan internasional tanpa memihak pada salah satu blok. Dan aktif, artinya Indonesia berperan aktif dalam mewujudkan perdamaian dan ketertiban dunia. Politik luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif bukanlah politik netral, tetapi politik luar negeri yang tidak terikat pada blok atau pakta militer manapun.
Langkah Presiden Joko Widodo ini, dapat menunjukan peran Indonesia dalam mengusahakan perdamaian bagi kedua negara. langkah tersebut juga membuktikan Indonesia memiliki keberanian dalam mengambil langkah dan sikap. Hal tersebut memperlihatkan peran Indonesia semakin nyata dalam mengusahakan perdamaian dunia. Sikap Presiden Jokowi yang menolak dengan tegas permintaan bantuan senjata dari Presiden Zelensky juga patut diapresiasi. Penolakan Presiden sudah tepat berdasarkan dasar konstitusi dan prinsip politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif. Bantuan senjata justru memperburuk situasi, bahkan berpotensi mengeskalasi perang yang tengah berkecamuk. Apalagi jika melihat perkembangan kondisi global, Jika saja pemerintah Indonesia memberikan bantuan senjata kepada Ukraina, maka perang telah bergeser tidak lagi antara Rusia dengan Ukraina, melainkan semakin meluas. Sehingga pentingnya perang ini segera diakhiri melalui solusi damai.
Presiden Jokowi merupakan pimpinan negara pertama di Asia yang melakukan kunjungan ke kedua negara ini yaitu Rusia dan Ukraina. sehingga sebagai masyarakat Indonesia sudah sewajarnya memberikan apresiasi dan dukungan yang terbaik. Pertemuan Presiden Jokowi dengan dua negara yang sedang berperang merupakan wujud fleksibilitas dari figur Bapak Jokowi, sehingga dapat diterima oleh dua pemimpin negara tersebut. Harapan Presiden yang mengimbau agar perbedaan antar negara bisa diselesaikan secara damai selaras dengan amanat yang termaktub dalam Pasal 2 ayat 3 Piagam PBB.
Melansir dari cnbcindonesia.com Menteri luar negeri indonesia, Retno Lestari Priansari Marsudi Mengatakan Meskipun situasinya sulit dan masalahnya kompleks, sebagai presiden G20 dan salah satu anggota champion grup dari Global Crisis Response Group yang dibentuk oleh Sekjen PBB, Presiden Jokowi memilih untuk mencoba berkontribusi, dengan tidak memilih untuk diam. kunjungan ini dilakukan Jokowi untuk menunjukkan kepedulian Indonesia terhadap isu kemanusiaan dan dorongan untuk perdamaian.
(Indonesia) mencoba memberikan kontribusi untuk menangani krisis pangan akibat perang, yang dampaknya dirasakan oleh semua negara, terutama negara berkembang dan berpendapatan rendah,” tambah Retno.
Presiden Jokowi yang mengundang Presiden Zelensky ke KTT G20. Sebagai tuan rumah KTT G20 di bali nanti, Indonesia memiliki diskresi untuk mengundang siapa saja yang dianggap penting ke dalam pertemuan KTT G20. Seperti di tahun lalu, Italia mengundang Singapura yang bukan anggota G20 untuk berpartisipasi. Bagi Indonesia, kehadiran kepala pemerintahan dan kepala negara di KTT sangat penting, karena keputusan dibuat di forum yang berdampak pada ekonomi global dan lingkungan.
Sehingga Rencana Presiden Jokowi dengan mempertemukan kedua pemimpin negara yaitu Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky tersebut merupakan langkah tepat, karena dengal hal tersebut, Indonesia menunjukkan kontribusi yang semakin jelas terhadap konflik antara Rusia dan Ukraina, karena kita tahu bahwa konflik ini sekarang menjadi lebih kompleks. Namun, Indonesia berani mengambil sikap dengan mempertemukan presiden Rusia-Ukraina, atas pertimbangan kemanusiaan.
*Penulis Merupakan Mahasiswi Jurusan Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas