Padang, gentaandalas.com- Air limbah yang dihasilkan usaha laundry kerap menjadi penyebab pencemaran lingkungan jika tidak diolah dengan tepat. Hal ini menjadi latar belakang terciptanya alat filtrasi air limbah cucian dengan menerapkan filtrasi upflow anaerobic. Mahasiswa Departemen Teknik Mesin Universitas Andalas (Unand) sekaligus Ketua Tim Teknologi Filtrasi Upflow Anaerobic, Rezza Fiqrathul Putra mengatakan bahwa alat ini dapat menyaring air limbah laundry menjadi bersih dengan memanfaatkan pengendapan dan penghambatan pertumbuhan bakteri.
“Teknologi Filtrasi Upflow Anaerobic adalah sistem yang dapat menyaring air limbah dengan memanfaatkan pengendapan dan penghambatan pertumbuhan bakteri pada tabung anaerobic, lalu disaring kembali pada tabung upflow hingga menghasilkan air bersih,” jelas Ketua Tim PKM-PI Unand, Rezza saat diwawancarai Genta Andalas pada Kamis (8/12/2022).
Rezza juga menjelaskan bahwa cara kerja alat ini sangat sederhana. Proses pertama yaitu air masuk dari atas alat, lalu dari tangki upflow terjadi proses pengendapan yang residunya bisa dibuang. Selanjutnya, dengan membuka katup air dialirkan ke filtrasi lanjutan dua tingkat sehingga terjadi proses filtrasi dan absorpsi. Setelah itu, air dialirkan ke tangki upflow dan mengalir ke atas melalui batu zeolit yang dapat menjernihkan air. Langkah berikutnya yaitu membuka katup dan air dialirkan ke pompa hidran menuju tangki air bersih.
Tak hanya dapat mengatasi permasalahan air limbah laundry, alat ini juga mampu mengurangi penggunaan air yang berlebihan. Alat filtrasi ini dapat menekan tagihan air hingga 60 persen agar tidak ada lagi muncul keluhan masyarakat sekitar akibat bau tidak sedap yang diakibatkan air limbah laundry.
Reza mengungkapkan bahwa pembuatan alat ini memakan waktu kurang lebih empat bulan, yaitu dimulai dari Juli hingga Oktober 2022. Alat ini diciptakan oleh tim Program Kreativitas Mahasiswa Penerapan Ilmu Pengetahuan Teknologi (PKM-PI) Unand yang terdiri dari Rezza Fiqrathul Putra, Muhammad Rizqi, Nurul Qolbi, Muhammad Fathurrahman, dan Faizal Hakiki dari Departemen Teknik Mesin.
Alat ini masih perlu penyempurnaan karena baru diterapkan selama tiga bulan dan perlu uji kelayakan lamanya penggantian filter. Rezza berencana alat ini dapat dikomersialisasikan dan dapat digunakan oleh masyarakat, terutama usaha laundry.
“Harapannya teknologi ini dapat membantu masyarakat dalam menyelesaikan masalah limbah laundry. Saya juga berharap dengan terciptanya teknologi ini mahasiswa lain juga dapat terus berinovasi dan tetap berkarya untuk bangsa,” tutup Rezza.
Reporter: Souty Syahrani
Editor: Asa Alvino Wendra
lalu bagaimana dengan air hasil penyaringannya, apakah bisa digunakan?