Oleh: Bella Dwi Cahyani*
Perempuan turut berpengaruh dalam sejarah Indonesia dan cukup banyak nama-nama perempuan yang turut memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Perempuan juga sangat dijunjung tinggi di Indonesia. Seluruh mahasiswa di Indonesia turut meneriakkan dengan lantang “Hidup Mahasiswa! Hidup Rakyat Indonesia! Hidup Perempuan Indonesia!” Ada kata “Perempuan” yang turut diteriakkan sebagai bentuk dukungan dan perlindungan.
Namun, sangat disayangkan dalam era modern ini sesama perempuan justru terkadang saling menjatuhkan. Contohnya adanya standar yang bernada “Seleranya seperti apa? Berhijab? Kurus? Kaya? Maaf aku tidak bisa mengimbangi, aku belum mampu,” yang seolah-olah mengutarakan bahwa perempuan yang belum atau tidak berhijab, berbadan besar, dan kurang mampu tidak dapat mengimbangi perempuan sesuai standar tersebut. Kata-kata yang berbunyi demikian tentu menyebabkan luka di hati perempuan lainnya.
Kata-kata yang serupa tentu menciptakan asumsi bahwa perempuan yang belum atau tidak berhijab tidak dapat mengimbangi perempuan berhijab dan tidak sebaik yang berhijab. Perempuan yang juga mematok standar kecantikan terkadang menjatuhkan perempuan lainnya yang menurutnya tidak sesuai dengan standar tersebut. Sebuah standar yang selalu menggiring perempuan untuk membandingkan diri sesama perempuan. Mulai dari jenjang pendidikan, ekonomi, warna kulit, bentuk tubuh menjadi suatu hal yang diperbandingkan. Tak jarang kadang saling menjelekkan karena standar-standar yang entah siapa penciptanya. Tentu hal ini membuat persaingan di antara sesama perempuan.
Sebuah persaingan dibutuhkan untuk menjadi lebih baik, tetapi akan menjadi hal yang buruk jika persaingan menjadi ladang untuk saling menindas dan saling menjatuhkan. Apalagi jika sampai ada pihak yang dirugikan karena suatu persaingan yang tidak sehat. Saling kumpul lalu membicarakan keburukan perempuan lain bahkan sudah menjadi makanan sehari-hari Tidak ada manfaat yang didapat dengan saling menjatuhkan sesama perempuan.
Perempuan mempunya naluri yang tinggi, bayangkan saja apa yang terjadi jika sesama perempuan saling menjatuhkan, lalu yang dijatuhkan akan merasa rendah dan diperlakukan tidak baik sesama perempuan. Sangat disayangkan jika sesama perempuan masih saling serang dan saling menjatuhkan. Padahal pemerintah Indonesia telah memprioritaskan perempuan dengan adanya Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dengan segala visi dan misinya untuk berkomitmen mewujudkan pemberdayaan perempuan. Akan tetapi semua itu akan sia-sia jika sesama perempuan saling menjatuhkan di negara ini. Bagaimana Indonesia menghidupkan perempuannya jika sesama perempuan masih saling memberikan luka? Apa fungsi kalimat “Hidup Perempuan Indonesia” yang selalu diucapkan dengan lantang oleh seluruh mahasiswa di tanah air ini jika sesama perempuan saling menenggelamkan?
Pada dasarnya perempuan harus saling rangkul dan harus saling mendukung. Mari membuat perempuan saling dukung di negeri ibu pertiwi ini. Saling rangkul sesama perempuan. Sama-sama berlindung untuk saling memberikan pujian. Selalu mendukung sesama perempuan dengan potensi yang dimiliki walaupun berbeda ras, bentuk wajah, dan sebagainya. Menciptakan lingkungan positif untuk mendorong sesama perempuan menjadi lebih baik. Sudah cukup ketidakadilan yang didapatkan perempuan pada masa lalu. Mari saling rangkul guna tidak terjadi hal-hal yang merendahkan perempuan. Semua permasalahan akan pupus jika sesama perempuan bertahan dengan cara saling membantu.
Perempuan dapat berkembang untuk menjadi kuat dengan dukungan sesama perempuan. Maka dari itu, mari berpegangan erat untuk membangkitkan semangat dalam hal yang lebih baik. Tidak menjatuhkan sesama perempuan dengan ego yang meminta untuk dimenangkan. Menjatuhkan sesama perempuan tidak mendapatkan apa-apa jika persaingan sesama perempuan terus berlangsung. Mari menjadi perempuan yang saling dukung dan saling rangkul.
*Penulis Merupakan Mahasiswi Jurusan Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Andalas