Oleh: Aprila Aurahmi*)
Tumbuhan yang ada di alam tentunya sangat beragam dengan berbagai jenis dan kegunaannya masing-masing. Tumbuhan memiliki banyak kegunaan bagi manusia yaitu sebagai sumber bahan pangan utama, penghasil oksigen, menjaga kesuburan tanah dan masih banyak lagi. Banyaknya jenis tumbuhan serta beragama kegunanaanya tersebut baik yang di alam liar maupun di penangkaran, tentu manusia butuh mengetahui seluk beluk mengenai alam tumbuhan tersebut. Maka dari itu, kita butuh seseorang yang ahli pada bidang tersebut untuk mengenal lebih banyak tumbuhan yang ada disekeliling kita.
Dosen Jurusan Biologi Universitas Andalas (UNAND), Nurainas merupakan dosen biologi yang berfokus pada taksonomi tumbuhan yang dapat melakukan klasifikasi pada tumbuhan tersebut. Ia merupakan ahli tumbuhan yang menjadi penemu dari Zingiber album, tumbuhan jahe endemik Sumatra Barat (Sumbar). Di Sumbar, Zingiber album ditemukan di Nagari Simanau, Kabupaten Solok. Tumbuhan yang dikenal dengan nama lokal “Pangalan” ini merupakan jenis liar yang hanya terdistribusi di hutan. Zingiber album tercatat sebagai tumbuhan yang terancam punah (EN; endangered) oleh IUCN Red List.
Nurainas bahkan sudah melakukan ekspedisi ke berbagai hutan di Pulau Sumatra. Perjalanannya dilakukan untuk mengidentifikasi berbagai tumbuhan yang ada di Pulau Sumatra. Perjalanan ini sudah dimulai dari ia masih menjadi mahasiswa S1 pada tahun 1991 hingga sekarang. Terkait dengan penemuan jahe endemik Sumbar, ia melakukan penelitiannya sejak tahun 2006 di Kabupaten Solok. Pada tahun 2017, ia mempublikasikan salah satu jenis jahe endemik Sumbar yang ada di Kabupaten Solok.
Pada saat ini, Nurainas masih sangat aktif dalam penelitian. Ia tergabung dalam tim yang meneliti terkait Struktur dan Komposisi Tumbuhan di Habitat Kantong Semar Sumbar. Ia juga menjadi salah satu penggalang taksonomi tumbuhan Indonesia yang berasal dari dalam jurnal floribunda. Nurainas merupakan orang yang kerap ditemui di herbarium Universitas Andalas (ANDA) untuk mengeluarkan surat izin pengklasifikasian berbagai macam tumbuhan yang akan dijadikan sebagai bahan penelitian untuk pendidikan maupun umum.
Berasal dari desa kecil di sudut Kota Sawahlunto, Desa Talago Gunung tidak menghambat kiprah Nurainas di dunia pendidikan. Ia lahir dari keluarga sederhana, sang ibu bekerja sebagai petani dan ayahnya sebagai pekerja kasar di pertambangan Sawahlunto. Saat masa kanak-kanak, ia sudah terbiasa membaca buku sembari menggembala hewan ternak seperti sapi dan kambing di tanah lapang. Tak lupa juga ia selingi dengan hiburan yaitu bermain kasti bersama teman-temannya. Seringnya Nurainas berinteraksi dengan kegiatan alam juga menjadi alasan ia mengambil fokus taksonomi ketika menempuh pendidikan tinggi.
“Alam sangat dekat dengan kita sehingga dapat dengan mudah mempelajarinya,” tutur Nurainas pada Jumat (16/5/2023).
Semasa kecilnya, Nurainas sempat berpindah-pindah sekolah selama menempuh pendidikan dasarnya. Pada awalnya, ia bersekolah di di kampung halamannya yaitu Sekolah Dasar (SD) Impres Durian Sawahlunta. Kemudian ia berpindah ke SD Negeri 1 Tanjung Gadang, dan lanjut pindah ke SD Negeri1 Lubuk Balang. Lalu, Ia memulai masa remajanya di SMP Negeri 1 Sawahlunto dan SMA Negeri 1 Sawahlunto.
Berdasar pada kesungguhan dan tekat bulat yang ia miliki, Nurainas memulai dunia perkuliahan di UNAND pada tahun 1988. Ia kemudian lulus pada tahun 1994 dengan nasib baik ia langsung menjadi dosen di tahun berikutnya dengan menyandang status Pegawai Negeri Sipil (PNS). Tidak berhenti di situ saja, ia lalu melanjutkan pendidikan S2 ke Institut Pertanian Bogor (IPB) karena pada masa itu ia sedang belajar di Herbarium Bogoriense. Oleh sebab itu, dengan kesempatan yang ada ia melanjutkan pendidikannya di sana. Hingga pada pendidikan terakhirnya yaitu S3, ia ambil di Universitas Andalas kembali dan mendapatkan gelar Dr. Nurainas.
Selama masa pendidikannya, lebih tepatnya ketika SMP hingga pendidikan di perguruan tinggi, semua biaya pendidikan ditanggung oleh beasiswa. Sejak tahun 1991, ketika masih menjadi mahasiswa ia sudah mulai diajak keluar masuk hutan oleh dosen pengampunya karena ia sudah dianggap kompeten. Pada saat itu pun ia juga sudah mulai menghasilakan penghasilan sendiri. Sampai pada fase kehidupannya kini, dengan berdasar pada kesungguhan hati, ia yakin apa yang sedang diusahakan akan berujung pada kesuksesan.
*) Penulis merupakan mahasiswa Departemen Sastra Inggris Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas