Oleh : *Fadhilatul Husni
Legenda urban masyarakat di tanah Kalimantan telah mengilhami sutradara Johansyah Jumberan dan Ridho Ivander Rama melahirkan karya film dengan judul Saranjana: Kota Ghaib yang rilis tepat pada 26 Oktober 2023 lalu. Sebelumnya Johansyah sempat sukses menggarap film Catatan Akhir Kuliah, The Chocolatier Chance, dan Love Reborn: Komik Musik dan Kisah Masa Lalu, dengan genre komedi romance film ini berhasil membawanya sebagai nominasi piala citra pada tahun 2015 lalu. Namun kali ini berbeda, Johansyah mengangkat film horor yang lekat dengan mitos masyarakat di tanah . Berlatar belakang tentang kota misterius di Kotabaru yang konon dikabarkan dihuni oleh bangsa jin. Selain itu, kota ini juga digambarkan sebagai kota dengan peradaban maju yang mewah dan memiliki fasilitas serba modern. Dengan penggambaran latar sedemikian rupa Johansyah membawa alur cerita petualangan dalam film ini.
Film produksi DHF Entertaiment ini berdurasi 1 jam 38 menit. Film ini menceritakan petualangan sebuah band asal Jakarta bernama ‘Signifikan’ yang tengah mengadakan tur konser di Kota Baru, Kalimantan Selatan. Anggotanya ada Rendy, Dion, Vey, dan Shita. Tepat di tengah pelaksanaan tur, Shita, sang vokalis band, tiba-tiba secara misterius menghilang tanpa jejak. Setelah melakukan penelusuran, anggota band lainnya mendapat petunjuk dan menemukan teka-teki yang mengarah bahwa Shita berada di Saranjana, sebuah kota ghaib. Selama tujuh hari, mereka memasuki kota Saranjana dengan berbagai kejadian horor dan mistis yang mengiringi perjalanan mereka.
Momen menegangkan dalam film ini terjadi saat tiga teman band Shita yang berusaha membuka portal menuju Kota Saranjana mengalami teror mistis, portal tersebut kabarnya merupakan gerbang pembuka perekrutan jin dan makhluk dari dunia lain. Pencarian Shita yang dilakukan selama tujuh hari membawakan kita pada adegan-adegan mencekam yang harus menghadapkan Rendy, Vey, dan Dion.
Meskipun film ini memiliki premis yang menarik, terdapat beberapa kelemahan yang dapat dilihat. Pertama, beberapa adegan dalam film te rasa kurang dikalibrasi dengan baik, terkadang terasa terlalu lambat atau terlalu cepat. Ini dapat mengurangi daya tarik dan ketegangan yang seharusnya ada dalam alur cerita tersebut. Kedua, karakter-karakter pendukung dalam film ini cenderung tidak terlalu dikembangkan dengan baik, sehingga sulit untuk merasa terhubung atau peduli dengan mereka, lalu para pemain yang terlibat kurang menjiwai karakternya, film ini juga kurang mengeksplorasi sepenuhnya potensi mitologi dan budaya mistis yang menjadi latar belakangnya.
Namun dari beberapa kekurangan tersebut film “Saranjana: Kota Ghaib” memiliki beberapa kelebihan yang layak diapresiasi. Pertama, visual efeknya sangat menarik dan memukau, terutama dalam menggambarkan Kota Ghaib. Efek khusus yang canggih memberikan pengalaman sinematik yang mengesankan kepada penonton. Kedua, film ini menghadirkan alur cerita yang penuh dengan intrik dan teka-teki, menjadikannya menarik untuk diikuti. Kejutan dan misteri yang terungkap secara bertahap membuat film ini semakin menegangkan dan membuat penonton penasaran dengan akhir ceritanya.
Secara keseluruhan, “Saranjana: Kota Ghaib” merupakan film yang menarik bagi penggemar genre misteri dan supernatural. Meskipun memiliki beberapa kekurangan dalam hal packing dan pengembangan karakter, film ini berhasil menarik perhatian dengan visual efek yang memukau dan alur cerita yang penuh dengan teka-teki. Apakah akhirnya mereka berhasil menyelamatkan Shita dan membawanya kembali dengan selamat? film ini masih tayang di bioskop dan dapat disaksikan diseluruh bioskop indonesia.
Bagi pecinta film-film dengan nuansa misterius, film ini layak untuk dijadikan pilihan.
Selamat menonton!
Penulis merupakan mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Andalas *
Editor : Tiara Juwita