Oleh: Alya Antasya
Program makan gratis yang digagas Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto menjadi perhatian luas dan menuai apresiasi maupun kritik besar dari masyarakat. Sebagai salah satu inisiatif paling ambisius, program ini dirancang untuk mengatasi masalah kekurangan gizi pada anak-anak, terutama dalam upaya menekan angka stunting yang masih tinggi di Indonesia. Dengan menyediakan makanan bergizi bagi anak-anak dari keluarga kurang mampu, khususnya di daerah-daerah miskin atau terpencil, program ini mencerminkan komitmen kuat untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan generasi muda Indonesia.
Disisi lain, banyak pihak menganggap bahwa program makan gratis ini hanya menyentuh permukaan dari masalah gizi buruk di Indonesia. Akar permasalahan stunting dan gizi buruk sering kali lebih kompleks, terkait dengan faktor ekonomi, pendidikan, akses kesehatan, dan infrastruktur di daerah terpencil. Kritik utama muncul pada pendekatan program yang terkesan sementara, tanpa diiringi langkah-langkah strategis lain yang dapat memberikan dampak jangka panjang. Para kritikus menyarankan agar pemerintah tidak hanya memberikan makanan gratis, tetapi juga mengembangkan program pendidikan gizi dan kesehatan yang lebih komprehensif agar masyarakat mampu menjaga pola makan sehat secara mandiri di masa depan.
Di tengah tantangan ekonomi yang dihadapi serta berbagai kritik yang muncul, keberanian Presiden Prabowo dalam meluncurkan program makan gratis ini menuai apresiasi. Terlepas dari besarnya anggaran dan potensi kritik dari berbagai kalangan, inisiatif ini menunjukkan komitmen pemerintah untuk mengutamakan kesejahteraan rakyat dan membangun generasi yang sehat serta berkualitas. Program ini tidak hanya berfokus pada pemenuhan kebutuhan gizi anak-anak, tetapi juga memberi dukungan nyata bagi keluarga-keluarga yang selama ini terbebani oleh kesulitan ekonomi, menawarkan secercah harapan untuk masa depan yang lebih baik.
Dilansir dari tempo.com, bahwa program makan gratis ini diperkirakann menyentuh sekitar 82,9 juta rakyat Indonesia. Dimana terdiri dari murid SD, SMP, SMA, dan SMK. Program ini tidak hanya menyiratkan pemenuhan gizi, tetapi juga pesan keadilan sosial, sebuah prinsip yang sering kali terabaikan dalam kebijakan ekonomi yang berfokus pada pertumbuhan makro. Dengan memberikan akses makanan bergizi kepada semua anak, pemerintah menegaskan bahwa setiap warga negara, tanpa kecuali, memiliki hak untuk hidup sehat dan layak. Program ini sejalan dengan cita-cita keadilan sosial di mana negara bertanggung jawab untuk memastikan kesejahteraan seluruh rakyatnya.
Agar program ini dapat berjalan dengan efektif dan bebas dari potensi korupsi, dibutuhkan manajemen yang kuat dan transparansi dalam pengelolaan anggaran. Pemerintah perlu memastikan bahwa setiap rupiah yang dialokasikan benar-benar mencapai anak-anak yang membutuhkan. Meskipun program ini menuntut anggaran besar, pengelolaan yang tepat akan menjadikannya investasi berharga dalam membangun generasi muda Indonesia yang sehat dan mampu bersaing di kancah global.
Langkah awal Presiden Prabowo dalam memprioritaskan kesejahteraan anak-anak bangsa menjadi bukti nyata komitmen pemerintah untuk mendahulukan kepentingan rakyat kecil. Melalui berbagai program yang dirancang dengan fokus utama pada masyarakat, Presiden Prabowo berupaya mengangkat kualitas hidup masyarakat dari berbagai sektor. Program makan gratis, misalnya, tidak hanya membantu anak-anak memenuhi kebutuhan gizi, tetapi juga meringankan beban ekonomi orang tua mereka, terutama bagi keluarga yang terjebak dalam lingkaran kemiskinan. Harapannya, program-program seperti ini akan mampu membangun kembali kepercayaan masyarakat kepada pemerintah yang selama ini dianggap kurang memerhatikan kehidupan rakyat kecil dan kebutuhan dasar mereka.
Editor: Nurul Ilmi Ramdhani
*Penulis merupakan Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya