Pasang Iklan Disini

Unand Berduka: Gusdi Sastra, Doktor Neurolinguistik Pertama Indonesia Meninggal Dunia


(Genta Andalas/Doc.Pribadi)

Padang, gentaandalas.com- Gusdi Sastra, salah satu satu dosen terbaik Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Unand menghembuskan nafas terakhirnya pada Minggu (12/9/2021) pukul 13.45 WIB di Rumah Sakit Umum Pusat (RUSP) M. Djamil Padang. Sosoknya merupakan dosen neurolingusitik Universitas Andalas (Unand) sekaligus Doktor neurolinguistik pertama di Indonesia. Meninggalnya lulusan Universitas Putra Malaysia ini menjadi kabar duka bagi segenap civitas akademika Unand atas kehilangan salah satu sosok terbaik di ranah akademik kampus, bahkan Indonesia.

Gusdi Sastra lahir di Batusangkar dan menyelesaikan pendidikan sarjana di Fakultas Sastra Unand. Selanjutnya, beliau melanjutkan pendidikan Magister Linguistik di FSUI Jakarta dan Program Doktor di Fakultas Bahasa Modern dan Komunikasi Universitas Putra Malaysia.

Bintang Annisa Bagustari, putri kedua Almarhum Gusdi Sastra mengungkapkan bahwa almarhum memang dalam kondisi sakit sebelum dipanggil Yang Maha Kuasa.

“Pada saat penyelesaian buku terakhir beliau, buku ‘Terapi Wicara Gangguan Berbahasa’, pekerjaan beliau juga sebagai editor dan menyelesaikan beberapa hal terkait penelitian buku. Beliau memang cukup memberikan dampak yang forsir,” ungkap Bintang saat diwawancarai Genta Andalas, Selasa (14/09/2021).

Selanjutnya Bintang menjelaskan, Gusdi Sastra dinyatakan terdampak penyakit pneumonia (radang paru-paru) dan sempat dirawat di Rumah Sakit Unand sekitar 10 hari sebelum akhirnya dirujuk ke RSUP M. Djamil, Padang.

“Pada saat sampai dirumah sakit M. Djamil takdir Allah berkata lain. Saya bersama adik dan mama mencoba ikhlas. Akhirnya beliau tenang dan tidak terganggu lagi karena penyakitnya.”

Bintang menegaskan vaksin bukan menjadi pengaruh buruk untuk penyakit Almarhum. Perjuangan Gusdi Sastra bertahan semenjak bulan Agustus menjadi sesuatu luar biasa untuk keluarga yang ditinggalkan. “Alhamdulillah dengan vaksin itu, membuat beliau lebih kuat bertahan,” tuturnya.

Ketua Jurusan Program Studi Sastra Indonesia, Aslinda menyatakan sangat dekat dengan Almarhum Gusdi. Almarhum juga selalu berbagi cerita dengannya. “Sosok Pak Gusdi itu sangat mengayomi, ketika beliau punya ilmu selalu berbagi, beliau juga rendah hati dan kreatif. Beliau luar biasa dari semua segi. Dari segi agama kuat, tingkat pemikirannya maju dan tinggi,” ucap Aslinda.

Aslinda juga menyampaikan bahwa Gusdi Sastra merupakan sosok dengan dedikasi dan semangat yang tinggi, sehingga dalam kondisi sakit Gusdi tetap menghasilkan karya. “Buku terakhir yang beliau tulis sudah terbit dan belum sempat beliau baca,” katanya.

Aslinda juga mengatakan bahwa Almarhum Gusdi Sastra merupakan satu-satunya dosen neurolingusitik di Unand dan Doktor pertama di Indonesia di bidang ilmu neurolinguistik dengan disertasi berjudul Ekspresi Verbal Penderita Strok: Tinjauan Neurolinguistik. “Awal mendengar kabar duka ini, tentu saya sedih luar biasa. Kehilangan sosok ilmuwan yang bersahaja, yang tenang dan lembut. Beliau juga sering memberikan motivasi. Bahkan saya tidak percaya karena 4 hari sebelum meninggal, saya menelpon beliau. “ tutup Aslinda.

Tidak hanya Aslinda, ucapan duka beserta lantunan doa juga tersebar di berbagai linimasa media sosial, baik dari kalangan mahasiswa almarhum, teman mengajar, dan kenalan lainnya. Mereka umumnya mengaku kaget mendengar kabar duka ahli Neurolinguistik pertama Indonesia ini.

Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia, Ihsanul Fuadi Yusra yang cukup dekat dengan Almarhum turut mengenang beliau ketika mendengar kabar duka.

“Beliau tidak pernah memandang baik buruknya seseorang atau siapa orang tersebut, tetapi baik kepada siapa saja selama bisa membantu orang lain. Banyak saya mendengar teman-teman ataupun junior saya, yang mereka dibantu untuk pengajuan keringanan UKT. Terkadang memberikan buku gratis bagi mahasiswa yang membutuhkan,” ujar Ihsan saat diwawancarai Genta Andalas pada Selasa (14/09/2021).

Doa dari orang-orang yang mengenang Gusdi Sastra menjadi kado terakhir bagi Almarhum. Ucapan terima kasih dari Bintang yang sebesar-besarnya bagi mahasiswa, teman, dan orang-orang yang menyayangi almahum yang mengirimkan doa baginya.

“Terima kasih saya sampaikan sebagai anak kandung beliau, terima kasih atas doa dan dukungan untuk beliau. Menjadi warna semasa hidup beliau, kalau ada salah dan kekhilafan semasa hidup ayah saya, mohon dimaafkan,” pesan Bintang di akhir wawancara.

 

Reporter : Riski Wahyudi dan Khoiratul Fitri

Editor: Natasya Salsabilla Festy

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *