Padang, gentaandalas.com- Sesuai dengan dikeluarkannya Peraturan Rektor Universitas Andalas (Unand) Nomor 18 tahun 2021 tentang penyelenggaraan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas di masa pandemi Covid-19, dimulai sejak hari Senin, (1/11/2021) Unand resmi Melakukan pembelajaran tatap muka terbatas. PTM terbatas ini diprioritaskan bagi mahasiswa semester tiga, angkatan tahun 2020 dengan pertimbangan belum pernah melaksanakan perkuliahan luring sebelumnya.
Pada hari pertama PTM terbatas ini, Unand memperketat Protokol Kesehatan (Prokes), dengan menyediakan petugas disetiap kelas sebagai pengawas prokes. Beberapa protokol yang diterapkan diantaranya adalah pemakaian masker selama PTM berlangsung, pengecekan suhu, mengurangi mobilisasi dengan pembatasan jarak antar mahasiswa dalam ruangan, serta mencuci tangan ditempat yang telah disediakan.
Rektor Unand, Yuliandri turut memantau jalannya perkuliahan hari pertama ini. Dalam pantauannya, Yuliandri kembali mengingatkan bahwa setiap mahasiswa dan dosen yang melaksanakan PTM terbatas harus telah melakukan vaksinasi minimal dosis pertama. Yuliandri juga mengimbau kepada seluruh civitas akademika Unand untuk segera melaksanakan vaksinasi.
“Kami mengimbau terutama kepada para mahasiswa yang belum divaksin segeralah melaksanakan vaksinasi. Rumah Sakit Unand sedia setiap waktu untuk melaksanakan vaksinasi.” Imbau Yuliandri saat diwawancarai Genta Andalas di Gedung Kuliah F.
Hal yang sama juga dilakukan oleh Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Lucky Zamzami, yang terjun langsung untuk memantau PTM FISIP. Lucky mengaku cukup kerepotan mengatur protokol di hari pertama PTM.
“Pagi ini agak merepotkan memang, mungkin karna hari pertama. Namun penerapan Prokes tetap harus dipertegas, jika masih ada mahasiswa yang berkerumun maka akan kami tegur agar tetap jaga jarak,” jelas Lucky.
Salah satu Dosen Ilmu Politik, Dewi Anggraini yang ikut berpartisipasi mengampu mata kuliah dalam PTM hari pertama ini berpendapat bahwa antusiasme mahasiswa dalam melakukan PTM terbatas ini cukup bagus.
“Antusias sekali, karena memang sudah lama tidak kuliah luring, buktinya tadi mereka (mahasiswa) datang tepat waktu jam setengah delapan dan sampai jam setengah sepuluh lewat kami masih bertahan di dalam kelas. Kemudian seluruh mahasiswa di matakuliah saya 41 orang, keseluruhannya turut datang menghadiri kuliah luring ini,” ungkap Dewi.
Dalam wawancaranya Dewi juga turut mengeluhkan fasilitas perkuliahan yang masih kurang memadai.
“Tempat cuci tangan yang disediakan masih sulit untuk dijangkau, dan di kelas juga tidak disediakan handsanitizer. Fasilitas wifi di Gedung kuliah juga tidak ada, jika ada dosen yang melaksanakan kuliah secara hybrid mungkin akan sedikit kesulitan untuk mendapatkan jaringan,” jelasnya Dewi.
Senada dengan yang diucapkan oleh Dewi, mahasiswa Ilmu Politik Angkatan 2020, Difna Auralia Putri A merasa lebih efektif dalam menyerap materi perkuliahan saat dilaksanakan secara tatap muka.
“Bisa lebih paham belajar sekarang, karena dilaksanakan secara tatap muka,” ungkap Difna
Reporter: Geliz Luh Titisari dan Riski Wahyudi
Editor: Efi Fadhillah