Pasang Iklan Disini

Urgensi Gangguan Kesehatan Mental di Indonesia


(Ilustrator/Fadhillah Lisma Sari)

Oleh: Nabila Annisa

Baru-baru ini masyarakat Indonesia dihebohkan dengan kasus bunuh diri yang dilakukan oleh salah seorang mahasiswa yang berasal dari salah satu Universitas di Yogyakarta. Dikutip dari laman berita liputan6.com, mahasiswa dari Universitas Gadjah Mada (UGM) dengan inisial TSR (18) tewas jatuh dari sebuah hotel di wilayah setempat dan dipastikan murni karena bunuh diri. Berdasarkan pemeriksaan dari sejumlah saksi dan temuan polisi setempat di Tempat Kejadian Perkara (TKP), ditemukan berupa surat hasil pemeriksaan psikologi korban. Dari kejadian tersebut, seharusnya dapat membuka pikiran bahwa masalah kesehatan mental adalah masalah yang tidak bisa dipandang sebelah mata.

Kesehatan mental menurut World Health Organization (WHO) merupakan sesuatu keadaan sehat secara fisik, mental (rohani), dan sosial. Artinya, seseorang yang memiliki kesehatan mental dapat bekerja secara produktif dan mampu mengelola stres kehidupan yang wajar. Isu kesehatan mental merupakan hal yang tidak boleh diabaikan. Jika kesehatan mental terganggu maka pikiran, suasana hati, dan perilaku akan terpengaruh. Bahkan, jika tidak ditangani dengan baik akan terjadi suatu hal yang tidak diinginkan, misalnya bunuh diri.

Dari kejadian bunuh diri oleh salah seorang mahasiswa UGM tersebut, seharusnya dapat membuka pikiran kita bahwa masalah kesehatan mental, terutama depresi adalah masalah yang serius. Depresi menurut WHO menempati urutan nomor empat tertinggi penyakit di dunia dan diprediksi akan menjadi masalah gangguan kesehatan yang utama.

Dikutip dari alodokter.com beberapa faktor pemicu depresi yaitu pertama, peristiwa traumatis. Biasanya berasal dari peristiwa masa lalu, seperti kehilangan seseorang yang dicintai. Kedua, tekanan batin. Contohnya seperti masalah rumah tangga. Terakhir yaitu memiliki pola pikir yang salah.

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, menunjukkan lebih dari 19 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami gangguan mental emosional dan lebih dari 12 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami depresi. Selain itu, menurut WHO bunuh diri juga menjadi penyebab kematian nomor dua tertinggi di kalangan anak muda sedunia. Hal ini tentu menjadi catatan bagi kita semua untuk peduli terhadap isu kesehatan mental sejak dini.

Saat ini kesadaran masyarakat terhadap isu kesehatan mental dinilai terus meningkat. Banyak komunitas yang mengampanyekan isu kesehatan mental melalui media sosial maupun memberikan edukasi langsung kepada masyarakat. Pandemi Covid-19 juga berperan dalam hal ini. Pasalnya saat pandemi, beberapa kelompok masyarakat semakin menaruh perhatiannya pada kesehatan tubuh dan mental.

Dengan meningkatnya kepedulian masyarakat terhadap masalah kesehatan mental, sayangnya membuat beberapa orang terkadang mendiagnosa dirinya sendiri. Jika terdapat masalah di dalam dirinya, ia hanya berpatokan pada hasil yang ada di internet bukan konsultasi dengan ahlinya. Hal itu justru dapat memperparah kondisi kesehatan mental. Saat mendiagnosa diri sendiri, seseorang hanya menduga-duga penyakit atau gangguan kesehatan mental yang dialami. Hal ini akan menjadi masalah ketika tidak mendapatkan penanganan yang tepat.

Meskipun di Indonesia isu ini sudah banyak dibicarakan, tetapi beberapa orang masih menganggapnya sebagai hal yang tabu. Adanya beberapa pandangan yang salah terhadap kesehatan mental ini. Pertama, ada anggapan bahwa seseorang yang memiliki masalah kesehatan mental adalah orang yang tidak waras. Anggapan tersebut membuat orang yang menderita gangguan kesehatan mental lebih memilih diam dan tidak berkonsultasi kepada ahli. Kedua, beberapa orang menganggap masalah ini sebagai kelemahan. Hal ini juga membuat penderita malu untuk meminta pertolongan. Terakhir, adanya anggapan bahwa masalah kesehatan mental terjadi karena kurangnya iman yang dimiliki si penderita.

Stigma seperti inilah yang harus kita ubah di masyarakat. Kita harus ingat bahwa masalah kesehatan mental adalah sesuatu yang normal dan terjadi pada siapapun. Kita tidak boleh menghakimi orang yang memiliki gangguan kesehatan mental.

Perlu bagi kita semua untuk mulai mengenal dan memahami pentingnya menjaga kesehatan mental. Serta ikut mengajak orang lain agar lebih sadar akan pentingnya kesehatan mental. Saat memiliki gejala-gejala masalah kesehatan mental, seharusnya kita tidak boleh langsung percaya dengan apa yang dipaparkan di internet. Jika merasa ada yang salah dengan diri kita, alangkah baiknya untuk menemui ahlinya agar tidak terjadi suatu hal buruk di kemudian hari.

*) Penulis merupakan mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *