Oleh: Souty Syahrani*
Terdapat bangunan surau pertama yang masih berdiri kokoh hingga saat ini di Sumatra Barat.Surau tersebut adalah peninggalan tokoh Islam tersohor di Sumatra Barat yang bernama Syekh Burhanuddin. Surau tersebut bernama Surau Gadang Syekh Burhanuddin yang terletak di Korong Taluak Nibung Tanjung Medan, Nagari Sandi Ulakan, Kecamatan Ulakan Tapakis, Kabupaten Padang Pariaman. Hanya butuh waktu tempuh sekitar dua jam perjalanan dari kota Padang, kita sudah dapat mengunjungi surau bersejarah ini. Surau Gadang Syekh Burhanuddin ini bahkan telah tercatat sebagai salah satu cagar budaya tertua oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Sumatra Barat (Sumbar).
Bustami Tuanku Khatib Majolelo, selaku juru pengelola Surau Gadang ini mengungkapkan bahwa Surau ini dibangun oleh Syekh Burhanuddin pada tahun 1680. Hingga saat ini, Surau Syekh Burhanuddin telah berusia 342 tahun. Surau ini dibangun penuh dengan bahan kayu dan rotan yang kokoh. Namun, pada tahun 2007, bangunan sempat rusak dan hampir rubuh akibat gempa. Lebih lanjut, Bustami Tuanku Khatib Majolelo menuturkan bahwa telah ada perbaikan terhadap surau ini pada tahun 2014 oleh BPCB Sumbar. Bahkan, demi menjaga keaslian bangunan, dibangun pula replika surau yang terbuat dari beton, yang berlokasi tepat di sebelah kiri bangunan asli Surau Gadang Syekh Burhanuddin. Meski demikian, kini terdapat beberapa kerusakan pada atap surau.
“Untuk sekarang, ada beberapa kerusakan pada atap surau, hingga menyebabkan sedikit kebocoran. Tapi kini masih dalam proses renovasi,” jelas Bustami.
Surau beratap gonjong dan berbentuk bujur sangkar ini memiliki luas bangunan berukuran 14 x 14meter dengan tiang utama bangunan berjumlah 16 buah dan tiang pendukung berjumlah 26 buah. Sebelum memasuki Surau Gadang ini, kita akan terlebih dahulu melewati aula di bagian depan. Sedangkan di sebelah kanan aula, terdapat rumah juru pengelola surau. Selain itu, dibagian belakang Surau Gadang, terdapat pula bangunan Asrama Pondok Pesantren Syekh Burhanuddin. Setelah melewati aula, kita akan menaiki beberapa buah anak tangga untuk memasuki pintu utama surau.
Lebih lanjut, Bustami menjelaskan layaknya surau di Minangkabau dengan biasanya terdapat satu surau induk dan beberapa surau-surau kecil di sekitarnya, maka Surau Gadang Syekh Burhanuddin merupakan satu surau induk dengan 100 surau kecil di daerah sekitarnya. Adapun tujuan pembangunan surau ini adalah guna menyebarkan agama Islam, tepatnya ajaran Tarekat Shattariyah oleh Syekh Burhanuddin. Bahkan, Tuanku Koto dari Nagari Ampek Angkek Luhak Agam, guru Tuanku Imam Bonjol sempat belajar di surau ini.
“Awalnya surau ini dibangun untuk menyebarluaskan ajaran agama islam yakni Tarekat Shattariyah. Namun, kini surau digunakan secara aktif untuk ibadah salat wajib lima waktu serta beberapa tradisi atau acara keagamaan, seperti Tradisi Maulid Nabi dan makan bajamba,” jelas Bustami Tuanku Khatib Majolelo.
Kini, Surau Gadang Syekh Burhanuddin masih berdiri kokoh dan aktif digunakan sebagai tempat ibadah dan aktivitas keagamaan lainnya. Acara-acara keagamaan dan tradisi pun masih sering diselenggarakan di surau ini. Selain itu, surau yang telah menjadi bangunan bersejarah ini pun terbuka untuk umum sebagai objek wisata religi, tanpa pungutan biaya. Mari kenali sejarah Islam di Sumbar dengan mengunjungi surau pertama di Tanah Minang, Surau Gadang Syekh Burhanddin.
*) Penulis merupakan Mahasiswi Departemen Sastra Inggris Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas