Pasang Iklan Disini

Lompong Sagu, Jajanan Panggang Minangkabau yang Mulai Langka


Lompong sagu sebagai jajanan tradisional yang sudah mulai langka (Genta Andalas/Dok. Pribadi)

Oleh: Fadhillah Lisma Sari*

Masyarakat Minangkabau mengenal lompong sagu sebagai salah satu kuliner tradisional yang akrab dijumpai ketika bulan puasa. Apalagi jika dinikmati dalam keadaan panas dan ditambah dengan teh hangat menimbulkan kenikmatan tersendiri saat mengonsumsinya. Dahulu, jajanan tradisional lompong sagu ini begitu terkenal. Akan tetapi, pada zaman sekarang, jajanan lompong sagu telah mulai sedikit orang yang menjualnya dan menjadi langka.

Lompong sagu adalah jajanan tradisional yang terkenal dengan cita rasa nya yang begitu unik. Memiliki tekstur yang kenyal dan melalui proses memasaknya dengan dipanggang menggunakan bara api. Dahulu, jajanan ini dapat dengan mudah dijumpai di pinggir jalan dengan gerobak maupun jalan kaki. Selain itu, lompong sagu dulunya juga dapat dengan mudah dijumpai di pasar tradisional.

Pada saat ini, lompong sagu sangat jarang ditemukan. Perkembangan zaman yang sudah semakin modern, membuat peminat pada jajanan tradisional ini kian menurun. Bentuk jajanan lompong sagu yang tidak inovatif menjadi salah satunya. Salah satu penjual lompong sagu bernama Yani mengungkapkan hal yang demikian.

“Peminat lompong sagu sekarang ini menurun karena perkembangan zaman. Orang-orang juga kurang tertarik membelinya dan sudah banyak yang mulai melupakannya,” ujar Yani  ketika diwawancarai Genta Andalas pada Kamis (27/4/2023).

Selain itu, Yani mengungkapkan proses pembuatan lompong sagu tersebut. Lompong sagu adalah jajanan tradisional yang berasal dari tepung sagu, gula aren, pisang, kelapa, gula pasir dan air. Semua bahan tersebut dicampur dan diaduk, Lalu, ditambah garam sedikit sebagai penyedap. Adonan lompong sagu diambil secukupnya kemudian diletakkan di daun pisang dan bentuk menyerupai palai bada. Setelah itu, sematkan dengan lidi dan siap untuk dipanggang.

“Ketika memanggang lompong sagu, harus hati-hati karena lompong sagu tidak boleh terkena langsung dengan bara api ketika dipanggang agar tidak gosong,” tambah Yani.

Lompong sagu memiliki bentuk menyerupai palai bada dan memiliki tekstur yang kenyal. Pada umumnya, lompong sagu dijual dengan kisaran harga Rp5.000. Jajanan berwarna coklat ini memiliki rasa yang manis dari gula arennya dan gurih dari kelapa. Yani berharap agar jajanan tradisional ini dapat tetap eksis di zaman sekarang sehingga kuliner Indonesia tetap dilestarikan.

Penulis merupakan mahasiswa Jurusan Ilmu Hukum Fakultas Hukum

Universitas Andalas

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *