Pasang Iklan Disini

Paradoks Kepercayaan Generasi Z Terhadap Zodiak: Antara Tren Digital dan Logika Ilmiah


(Ilustrasi/Zahra Nurul Aulia)

Oleh: Asyani Rahayu Simatupang

Zaman boleh serba canggih dan digital. Namun kepercayaan fenomenal terhadap zodiak masih menjadi hidangan hangat yang kini katanya menjadi camilan warga asli digital alias generasi Z. Sebagian besar yang mengambil peran mengatakan hanya untuk lucu-lucuan dan sekedar ikutan tren di media sosial agar terlihat gaul. Namun banyak pula yang meyakini ramalan rasi bintang ala barat itu bisa menilai karakter seseorang, nasib sial yang menimpanya, hingga orientasi karir dalam beberapa bulan kedepan.

Dapat diartikan bahwa remaja yang menjadikan zodiak sebagai sebuah informasi ilmiah dan menjadikan hal tersebut acuan hidupnya cenderung menghambat kemampuannya dalam berpikir kritis. Interaksi sosial media menjadi ruang komunikasi terbuka, terciptanya komunikasi digital tersebut membuat informasi zodiak semakin pesat berkembang. Walaupun banyak yang mengatakan zodiak itu logis, nyatanya ramalan zodiak ini bergantung pada penulisnya. Siapa yang tahu bahwa penulisnya melakukan riset lebih dulu sebelum menulis ramalan-ramalan mengenai zodiak?

Zodiak adalah pusat ilmu astrologi, ilmu perbintangan kuno yang hingga kini masih banyak digunakan. Umumnya ada 12 pembagian zodiak yang mengacu pada 12 rasi bintang yang diberi nama hewan sesuai mitologi Romawi dan Yunani. Zodiak itu membentuk sabuk di langit dan terbentang sekitar 8 derajat di sebalah utara atau selatan jalur pergerakan Matahari di langit.

Dalam astrologi, gerak benda-benda langit, khususnya Matahari, Bulan, planet dan rasi bintang diamati untuk menilai karakter dan nasib hingga meramal kriteria jodoh seseorang. Ada sebuah bagian yang bernama horoskop digunakan untuk mengamati perubahan posisi benda-benda langit. Dari kacamata logika ilmiah yang berkembang saat ini, menentukan nasib seseorang dengan mengamati perubahan gerak benda langit tentu dianggap tidak logis, tidak masuk akal dan diluar nalar. Karena itu, astrologi dianggap pseudosains alias sains semu. Sementara ilmu yang mempelajari gerak langit yang termasuk sains adalah astronomi.

Jika dilihat lagi konsep astrologi yang mempercayai benda-benda langit untuk melihat rasi bintang dan perkiraan zodiak mampu mempengaruhi kepribadian seseorang, seharusnya itu salah. Karena posisi benda langit, apalagi mataharinya lebih mempengaruhi musim dan cuaca di bumi, bukan manusianya.

Ada sebuah fenomena psikologis yang disebut dengan efek barnum. Hal ini menyajikan data yang membuat seseorang merasa seolah ada deskripsi yang dibuat khusus untuknya karena sebelumnya ia melakukan pencocokan deskripsi atau riset sederhana tentang akurasi yang hasilnya memang tinggi. Tapi sebenarnya deskripsi tersebut sangat umum dan bisa saja terjadi dengan banyak orang juga. Hal itulah yang dialami orang yang percaya ramalan zodiak. Merasa jika ramalan yang ia baca benar adanya karena sebelumnya ada kesesuaian data ramal dengan pola perilakunya. Jika otak kita berpikir lebih lurus lagi, kita seharusnya tau jika ramalan adalah usaha-usaha untuk memperoleh pernyataan tentang sesuatu dimasa depan dengan cara-cara yang dipandang tidak rasional.

Disamping itu, salah satu kemampuan bernalar yang begitu dipertimbangkan dan diperhatikan dalam diri seseorang adalah kemampuan berpikir kritis yang mengedepankan rasionalitas atau dapat diterima dengan akal sehat. Dalam  bukunya, (Snyder, 1994) menyatakan bahwa “logic is the study of methods for evaluating whether the premises of an argument adequately support its conclusion”. Dengan kata lain, logika adalah studi tentang cara mengevaluasi apakah premis suatu argumen dapat secara memadai mendukung kesimpulannya. Sehingga dapat dinyatakan bahwa makna kata logis merupakan sebuah keselarasan, kesesuaian, keseimbangan akal pikiran terkait satu dan lain hal, apakah sesuatu itu dapat diterima dari sisi kelogisan akal manusia.

Kemampuan berpikir logis inilah yang seharusnya menjadi fondasi generasi Z dalam menyikapi berbagai persoalan, termasuk fenomena ramalan zodiak. Pemikiran logis memungkinkan individu untuk menganalisis informasi secara kritis dan rasional, serta mengambil keputusan berdasarkan bukti yang valid.
Kemampuan berpikir secara logis juga mengarahkan manusia untuk berpikir secara kritis dan kreatif ketika menghadapi suatu persoalan yang hakikatnya berbeda dengan pandangan logika jika ditelaah lagi lebih lanjut.

Walau terkesan abu-abu, ternyata ada alasan dibalik banyaknya anak generasi sekarang yang percaya zodiak. Didasari atas keingintahuan yang tinggi akan sesuatu hal yang mungkin terjadi di masa depan. Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi dalam sepersekian detik kemudian, satu hari, satu minggu, hingga setahun kedepan. Karena biasanya zodiak memang melemparkan sajian masa depan kepada orang-orang yang haus dan skeptis terhadap logika. Ramalan zodiak tadi mampu meredam rasa penasaran dengan memberikan pembacanya sedikit keterangan dan ketenangan mengenai apa yang akan terjadi padanya.

Seperti halnya kepercayaan anak generasi sekarang ini terhadap zodiak atau rasi bintang, sepatutnya kita bisa mempertimbangkan lagi isi dari ramalan dengan validasi dari teori-teori kebenaran.

Teori konsistensi kebenaran mengatakan bahwa upaya pengujian kebenaran sesuatu dianggap reliabel jika hasil penyelidikannya tetap sama setelah diuji berulang kali. Secara logika, apa ramalan zodiak sudah melalui penyelidikan berulang kali hingga hasil ramalannya dapat dikatakan reliabel dan valid? Tentu kita harus lebih mempertimbangkannya, karena sejak dini kita bahkan sudah dianugerahi pendidikan yang layak. Dengan pendidikan diharapkan kedepannya kita bisa lebih peka lagi dan dapat menggunakan kemampuan menalar dan mengembangkan potensi kita ketika menyikapi sebuah permasalahan. Juga lebih mampu memilah informasi yang dapat diterima.

Sebagai generasi yang katanya hidup dalam gemilang era digital, kita harusnya malu berorientasi pada hal semu tidak jelas uji validitasnya. Meskipun kepercayaan terhadap ramalan zodiak sering kali muncul dari keingintahuan akan masa depan, generasi Z perlu memahami bahwa ramalan tersebut tidak memiliki dasar ilmiah. Masa depan seseorang tidak ditentukan oleh posisi benda langit, melainkan oleh keputusan logis, kerja keras, dan pendidikan. Sebagai generasi yang hidup di era digital, generasi Z memiliki tanggung jawab untuk menyaring informasi dan membedakan antara fakta dan mitos. Ketergantungan pada ramalan zodiak hanya akan menghambat perkembangan intelektual dan kemampuan berpikir kritis.

Oleh karena itu, penting bagi generasi ini untuk memanfaatkan pendidikan yang telah diperoleh guna mengembangkan kemampuan bernalar dan menganalisis informasi secara rasional. Ramalan zodiak hanyalah sisa dari tradisi kuno yang tidak relevan dengan realitas modern. Masa depan bukanlah sesuatu yang bisa diramal, melainkan dibentuk melalui usaha, keputusan yang bijaksana, dan pengembangan potensi diri. Generasi Z, sebagai generasi yang hidup di puncak kemajuan teknologi, seharusnya menjadi pelopor dalam mempraktikkan cara berpikir yang logis dan rasional, menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak memiliki dasar validasi ilmiah.

Editor: Nurul Ilmi Ramadhani

Penulis merupakan mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Andalas

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *