Pasang Iklan Disini

Aia Aka Minuman Segar Penuh Khasiat Khas Sumatra Barat


Minuman aia aka yang telah selesai diracik oleh penjual di daerah Pondok II Kota Pariaman, Sabtu (20/6/2023). (Genta Andalas/Junivermana Yoga)

Oleh: Junivermana Yoga*

Selain dikenal dengan alam, sejarah, dan budayanya, Sumatra Barat juga dikenal dengan wisata kulinernya, baik itu makanan maupun minuman yang tersebar di seluruh daerah. Salah satu kuliner yang dapat dengan mudah kita jumpai di Sumatra Barat adalah Aia Aka.

Aia Aka merupakan minuman tradisional khas Minangkabau yang dipercaya memiliki berbagai manfaat untuk penyembuhan berbagai penyakit. Masyarakat sering menyebutnya ubek tawa yang artinya obat penawar penyakit. Pada saat diminum, Aia Aka memiliki sensasi yang menyegarkan dan dingin di perut.

Aia Aka dipercaya berasal dari Lubuk Basung, Kabupaten Agam yang lalu menyebar ke seluruh daerah di Sumatra Barat. Aia Aka banyak dijual oleh pedagang kaki lima yang biasanya dibawa dengan gerobak dan dijajakan di pinggir jalan. Aia Aka terbuat dari bahan dasar beberapa daun dan rumput terpilih, ada daun kacang 7 helai, daun cincau, sambiloto dan daun kaca piring.

Salah seorang penjual aia aka di daerah Pondok II Kota Pariaman, Miko menyebut bahwa bahan dalam pembuatan aia aka sempat berubah dan berbeda dari bahan yang digunakan dahulu. Pada awalnya, aia aka menggunakan daun aka kalimpanan, tetapi karena keberadaan daun aka kalimpanan yang sulit dicari, membuat masyarakat mencari alternatif bahan lain.

“Dulunya aia aka menggunakan daun aka kalimpanan. Daun aka kalimpanan sendiri berbentuk seperti akar yang merambat sehingga pada awalnya minuman ini disebut aia aka, tetapi karena terbatasnya daun aka kalimpanan ini, masyarakat lebih menggunakan daun cincau, dan daun aka kalimpanan di ganti dengan daun kaca piring,” ujar Miko saat Genta Andalas pada Sabtu (20/5/2023).

Cincau hijau yang terdapat pada aia aka bertekstur agak kenyal dan lembut ketika disantap, Cincau hijau yang digunakan untuk membuat air Aka berbeda dengan cincau hitam yang sering kita temui, hal ini karena terdapat perbedaan dalam pengolahannya. Cincau hijau diolah dengan cara tradisional, yakni daun cincau yang langsung diperas sehingga dapat mempertahankan hijau tua yang mengkilat. Sementara itu, cincau hitam daun dikeringkan dan dicampur beberapa bahan tambahan kemudian didiamkan hingga mengeras seperti cincau. 

Aia aka merupakan salah satu minuman tanpa pengawet buatan, sebab pengolahannya menggunakan bahan alami, Pada saat minuman ini dibuat di pagi hari, maka besoknya tidak bisa santap lagi alias sudah basi. Aia aka hanya bertahan paling lama satu hari setelah proses pembuatan.

Biasanya aia aka disajikan dengan santan dan gula merah atau sambiloto. Selain itu, pembeli juga bisa memilih penyajian aia aka dengan campuran air asam dan ditambah dengan es agar lebih segar. Aia aka memiliki beberapa khasiat yang jarang diketahui, khasiatnya dipercaya dapat meredam panas dalam, menghilangkan perut kembung, memperlancar pencernaan serta juga bermanfaat untuk kesehatan jantung.

Pada bulan Ramadhan, aia aka termasuk salah satu minuman favorit disajikan pada saat berbuka puasa di berbagai daerah di Sumatra Barat. Aia aka biasanya dijajakan mulai sore hari hingga larut malam. Akan tetapi, tidak perlu takut sulit mencari aia aka karena minuman ini tetap dijajakan hampir tiap hari, karena permintaan banyak dari masyarakat terutama orang dewasa yang memiliki masalah kesehatan lambung atau perut. 

Biasanya aia aka di jual dengan harga Rp5.000 per gelas. Dengan rasanya yang enak, segar, serta harganya yang terjangkau membuat aia aka sering diminati masyarakat sebagai minuman favorit pelepas dahaga. Minuman aia aka sangat direkomendasikan bagi anak muda, sebab minuman ini salah satu minuman tradisional yang masih bertahan sampai sekarang  yang memiliki berbagai manfaat kesehatan.Untuk itu sebagai anak muda wajib untuk mencoba minuman pelepas dahaga ini dan melestarikan minuman ini.

*)Penulis merupakan mahasiswa jurusan Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Andalas

Editor: Bilqis Zehira Ramadhanti Ishak

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *