Oleh : *Putri Salsabila Eryadi
Indonesia merupakan salah satu bangsa yang dikenal memiliki suku, adat, dan budaya yang sangat beragam. Setiap suku yang ada di Indonesia memiliki warna budaya nya masing- masing, yang telah diwariskan oleh leluhur. Warisan budaya tersebut dapat berupa adat istiadat, keterampilan, kuliner, atau cara hidup. Suku Minangkabau sebagai suku di Indonesia yang cukup dikenal karena budaya makanan khasnya, tidak cuma Rendang, ternyata Minangkabau memiliki salah satu makanan tradisional yang cukup dikenal di kalangan masyarakatnya. Makanan ini memiliki cita rasa tersendiri dengan proses memasaknya yang masih tradisional. Kudapan manis yang satu ini sayang untuk dilewatkan ketika berkunjung ke Sumatera Barat.
Sagun Bakar adalah salah satu kue kering khas Minangkabau dengan cita rasa gurih dan manis. Nama Sagun sendiri berasal dari bahan utamanya yaitu tepung tapioka yang oleh masyarakat daerah asalnya disebut dengan sagu. Pada zaman dahulu proses pembuatan kue ini dibuat dengan cara dibakar di atas tungku kayu, sehingga makanan ini diberi nama Sagun Bakar. Prosesnya yang dibakar memberikan rasa dan aroma yang khas. Meskipun memiliki tekstur yang keras ketika digigit, akan tetapi kue ini akan cepat mencair saat masuk ke dalam mulut, seketika sensasi rasa manis dan gurih dari parutan kelapa bercampur menjadi satu.
Seorang pedagang Sagun Bakar di Balai Kurai Taji, Kota Pariaman, Suci, menuturkan bahwa selain cara pembuatannya yang masih sederhana yakni dengan dibakar, kue Sagun ini juga terbuat dari bahan-bahan yang mudah didapat. “Campuran bahannya itu ada tepung tapioka, kelapa parut, gula pasir, garam, dan vanil,” tutur Suci. Proses pembuatannya pun cukup tergolong mudah, kita hanya perlu mencampurkan satu persatu bahan hingga membentuk adonan, setelah adonan tersebut telah jadi, maka langkah selanjutnya ialah membentuk adonan menggunakan cetakan, setelah itu kue Sagun lalu dibakar dan setelah matang siap di nikmati atau disiimpan di toples kedap udara.
Sagun Bakar dibandrol dengan harga yang sangat terjangkau tergantung ukuran, untuk ukuran besar hanya dijual dengan harga Rp 6.500 dengan isi 14 kue dan ukuran kecil seharga Rp 3.500 dengan isi 22 kue. Kue Sagun biasanya dihidangkan ketika hari raya tiba dan menjadi kue favorit masyarakat Minangkabau yang ada hampir di setiap rumah. Namun Seorang warga Kota Pariaman penikmat kue sagun bakar, Imra menuturkan bahwa kepopuleran kue Sagun di kalangan masyarakat kian menurun, karena dapat dilihat dari kebanyakan penikmat kue Sagun saat ini ialah para orang tua, selain itu kue ini juga sudah semakin jarang ditemui di hari- hari biasa.
“Kue sagun ini sebenarnya kalau hari-hari biasa cukup susah ditemukan yang jual, karena yang handal buatnya itu memang orang-orang dulu, jadinya sering ada yang jual itu waktu hari raya saja,” ujar Imra.
Meski zaman terus berkembang, kekayaan budaya yang telah ada harus tetap dipertahankan dan sudah menjadi tanggung jawab bersama untuk terus melestarikannya.Terutama bagi generasi muda yang digadang- gadangkan sebagai penerus. Kue Sagun sebagai salah satu kekayaan budaya yang telah berangsur- angsur jarang ditemui, mestinya menjadi perhatian bagi generasi muda untuk mengetahui dan mempelajari hal- hal serupa agar kekayaan- kekayaan tersebut tetap terjaga.
Penulis merupakan mahasiswa Departemen Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas*