(Foto: ilustrasi Genta Andalas)

Berbagai hal terjadi dalam kehidupan secara tidak langsung membentuk perilaku sesorang dalam bertindak. Pola asuh masa kecil, lingkungan, kebiasaan, trauma di masa lalu dan hal lainnya mempengaruhi cara menyikapi permasalahan yang ada. Dilatarbelakangi oleh hal tersebut, terkadang kita melakukan tindakan yang ternyata menyakiti dan merugikan diri sendiri. Salah satunya adalah kebiasaan  menunda-nunda. Mengundur waktu untuk mengerjakan sesuatu berakibat pada ketidakefektikan hasil yang dicapai. Perilaku seperti ini adalah contoh dari self-sabotage atau sabotase diri.

Tidak semua pelaku self-sabotage menyadari bahwa kebiasaan yang dimilki berdampak pada kesehatan mental ataupun produktivitas dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini disebabkan oleh ketidaktahuan akan self-sabotage itu sendiri. Lantas apa itu sebenarnya self-sabotage? Apa penyebab tebentuknya perilaku self-sabotage? Apa dampak yang dihasilkan? Serta bagaimana menyikapi perilaku sabotase diri? (Dian Mardhiyyah)

Narasumber: Nila Anggreiny, M. Psi. *)

Jawab:

Self-sabotage adalah perilaku menyabotase diri yang berdampak negatif pada diri sendiri. Banyak hal-hal yang dilakukan secara tidak sadar merugikan diri meskipun dianggap sebagai hal yang sepele. Bentuk dari self-sabotage adalah kebiasaan sehari-hari. Salah satu contohnya adalah menunda pekerjaan. Mengulur waktu untuk tidak melakukan pekerjaan lebih awal berbuntut pada desakan waktu, peningkatan kecemasan dan hasil tidak maksimal.

Banyak penyebab terjadinya self-sabotage antara lain pola asuh yang otoriter, lingkungan yang tidak mendukung, dan pengalaman traumatis. Pola kejadian berulang bisa menyebabkan seseorang bertindak menyabotase diri secara berkelanjutan. Orang yang biasa menunda-nunda cenderung akan berpikir: “walaupun menunda mengerjakan sesuatu, pekerjaan tersebut pasti akan selesai”. Padahal jika dilakukan evaluasi diri kebiasaan ini merugikan dalam hal manajemen waktu.

Apa bentuk Perilaku yang di hasilkan dari Self-Sabotage?

Ciri-ciri perilaku self-sabotage adalah berpikiran negatif, tidak berani mencoba hal baru, suka menyalahkan orang lain dan menunda pekerjaan. Pada suatu keadaan yang direncanakan tidak berjalan sesuai rencana, pelaku self-sabotage cenderung menyalahkan lingkungan daripada mengintropeksi diri sehingga tidak pernah ada pembelajaran mengatasi masalah. Disamping itu keberadaan dalam lingkungan yang tidak nyaman namun tidak ingin mengutarakannya secara langsung juga merupakan bentuk dari perilaku self-sabotage.

Apa saja yang menjadi dampak dari adanya Self-Sabotage?

Sabotase diri berdampak pada terganggunya kesehatan mental yang meliputi kurangnya rasa percaya diri dan kondisi emosi tidak stabil. Kondisi emosi yang dimaksud adalah merasa tidak dipedulikan. Hal ini menimbulkan efek jangka panjang berupa perasaan diri tidak berharga dan membandingkan diri dengan orang lain. Tidak menutup kemungkinan juga berdampak pada lingkungan sekitar. Ketika sedang dalam kondisi bekerja sama dengan orang lain, pelaku self-sabotage dengan kebiasaan menunda dan emosi yang tidak stabil akan mempengaruhi performa saat menuntaskan pekerjaan. Akibatnya orang-orang yang terlibat akan dirugikan.

Lantas , bagaimana cara mengatasi jika sudah mengalami self-sabotage?

Kita harus lebih mengenali dan memahami tolak ukur kenyamanan diri sendiri. Ketika sudah mengenali diri, kita bisa mengantisipasi jika lingkungan memberikan ketidaknyamanan. Selain itu pahami kelebihan atau potensi yang dimiliki supaya lebih percaya diri. Terakhir, selalu lakukan kegiatan-kegiatan positif.

 

 *) Narasumber merupakan dosen Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here